Semangat pagi sahabat ku setanah air,
Jumpa lagi di blog saya tentang CERPEN SEKOLAH KEHIDUPAN,
Menanggapi banyaknya keluhan dari teman teman karena terkadang tidak bisa selalu aktif via Online untuk mengikuti Kelanjutan CERPEN Di Group FB Sekolah Kehidupan yang tertutup oleh banyak nya postingan Tugas dari siswi SK,
Maka di siini saya Copas dari cerpen pak ANTONIUS Ucec tki.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Novel Sekolah Kehidupan 6 September 2015
15. Membekali Masa Depan dengan Kecakapan Komunikasi
Tika berhenti sejenak, ia menelan ludahnya, kisah Suti kian membuat ia terpacu untuk mengubah semua pola pikir yang telah terbentuk di kepalanya selama ini. Usai membaca E-mail dari Suti, Tika merenung sejenak. Suti sungguh beruntung, pikirnya. Ia sosok yang mau belajar untuk maju. Kalau aku menunggu untuk bisa menjadi seperti Suti, itu tidak mungkin. Aku harus cepat bertindak, sebab aku takut jika keberuntungan datang, aku tidak siap, pikirnya. Setelah itu, ia mulai mengirim SMS ke rekan-rekannya yang ikut di kelas belajar Sekolah Kehidupan UCEC, bertanya pada mereka, manakah yang lebih penting, keberuntungan atau kemampuan? Menunggu keberuntungan atau membangun kemampuan?
“Teman-teman, bantu aku untuk menjawabnya,” WA Tika.
“Teman-teman, bantu aku untuk menjawabnya,” WA Tika.
Ketika jawaban dari teman-teman Tika masih ditunggu Tika kembali melihat laptopnya, tanda hijau untuk chatting menyala. Dengan segera Tika meng-kliknya dan langsung melemparkan sebuah pertanyaan untuk Suti: “Suti, di anak tangga berikutnya apa yang akan kau bangun?” tulisnya.
“Anak tangga apa? Memangnya aku tukang bangunan, ha ha,”Suti tertawa.
“Anak tangga apa? Memangnya aku tukang bangunan, ha ha,”Suti tertawa.
“Wah aku lupa menjelaskan padamu, beberapa hari ini aku ikut pelatihan entrepreneurship, setiap hari Minggu, aku minta ijin ke majikan untuk hadir di sana. Untungnya majikan membolehkan, jadi aku bisa melenggang dengan bebas pergi ke tempat itu. Nah, yang dimaksud dengan anak tangga adalah pelajaran bahwa bila kita ingin maju dalam hidup ini, kita harus membuat anak-anak tangga menuju ke masa depan.”jelas Tika.
“Oh begitu. Hm…secara tidak langsung, hidup yang kujalani sudah seperti anak tangga itu ya? Kau tahu Tika, sekitar tiga tahun yang lalu ketika aku membantu Pak Budi menjadi OG di ruang pelatihan, ternyata topik yang diberikan kebanyakan berkisar tentang komunikasi dan kecakapan menjual. Aku memperhatikan dengan serius apa yang diberikan di pelatihan itu. Lama-kelamaan aku hafal semua tekniknya. Nah, setelah mengetahui dengan jelas apa yang dimaksud Pak Budi, aku tertantang untuk melakukannya. Jadi, 30 menit sebelum kegiatan pelatihan di mulai dan setelah seluruh pekerjaan beres, aku latihan berbicara di depan umum. Kugunakan semua saran dan masukan yang diberikan Pak Budi. Aku belajar berbicara dengan menatap ke depan, menggerakkan anggota tubuh, mengatur intonasi suara, pokoknya teknik blocking seperti di teater dan gesture tubuh kupraktekkan. Ternyata semua itu ada manfaatnya, semakin hari aku semakin lihai dalam berpidato. Aku kian berani berbicara di depan umum, kuncinya terus berlatih sesering mungkin.”papar Suti.
“Wah seru sekali, lalu?”
“Nah pada suatu hari, usai membereskan ruangan, aku kembali berlatih. Tanpa kusadari seseorang melihat apa yang kulakukan. Ia pikir aku asisten pelatih di tempat ini.
Ternyata orang itu asisten pelatih dari salah satu cabang perusahaan di luar kota yang tidak kukenal. Dia juga pernah melihat aku sedang membereskan kertas foto copy untuk dibagikan ke peserta. Dia pikir aku ini asisten nya pak Budi sehingga kemudian ia menyuruh aku maju ke depan untuk mengumumkan lokasi WC, tempat makan siang dan mushola kepada para peserta. Tika, saat itu juga jantungku berdebar kencang.
Meski demikian aku maju ke depan dan menjelaskan semuanya dengan rasa percaya diri yang tinggi. Si asisten pelatih tampaknya puas, setelah itu, dia meminta aku maju lagi untuk memperagakan teknik berbicara di depan umum. Waduh Tika, aku gemetar, tapi hanya sekejap. Aku bersyukur telah berlatih berbicara di saat jam istirahat. Dan tak dinyana, Pak Budi masuk ke ruangan kelas, dia terlihat kaget, aku tahu dia tersenyum kecil ketika melihat aku ‘beraksi’. Sepertinya dia bangga dengan keahlian baruku.”
“Dan ada satu hal yang peserta pelatihan itu tak sadar,...apakah itu?” Suti bertanya dalam chatting bersama Tika. Tika terdiam, ia bingung dan mencoba menebak namun tak berhasil dan akhirnya ia bertanya:”Apa itu Suti..?”.
“Believe it or not...peserta pelatihan tak sadar bahwa mereka baru saja dilatih oleh seorang Office Girl...ha..ha...ha..ha” Suti tampak memberikan emoticon tawa lebar berkali-kali.
“Dan ada satu hal yang peserta pelatihan itu tak sadar,...apakah itu?” Suti bertanya dalam chatting bersama Tika. Tika terdiam, ia bingung dan mencoba menebak namun tak berhasil dan akhirnya ia bertanya:”Apa itu Suti..?”.
“Believe it or not...peserta pelatihan tak sadar bahwa mereka baru saja dilatih oleh seorang Office Girl...ha..ha...ha..ha” Suti tampak memberikan emoticon tawa lebar berkali-kali.
(bersambung)
Novel Sekolah Kehidupan 6 September 2015
16. Melukis di Kanvas Kehidupan Masa Depan
Tika tersenyum, keberuntungan tampaknya berpihak pada Suti, namun patut diakui semua itu tidak turun dari langit dengan begitu saja, ada upaya dan kerja keras yang harus ia lalui. “Suti, hidupmu penuh dinamika, kamu sangat aktif dan proaktif, kamu selalu memperbaharui hidupmu, kamu bak seorang pelukis bagi hidupmu sendiri. Kamu melukis di atas kanvas kehidupanmu dan hasilnya semakin hari semakin indah. Ah, aku sungguh terinspirasi olehmu. Ayo teruskan ceritanya Suti, biar aku semakin bersemangat!”
Suti kemudian melanjutkan pembicaraan:” Banyak orang hanya berharap dan menunggu keberuntungan. Berharap bertemu majikan maha baik, berharap bertemu teman-teman yang sangat memperhatikan, berharap dapat bertemu calon pasangan hidup yang sangat menyintai ..namun tidak berusaha dan bertindak pro aktif. Ya betul aku percaya keberuntungan atau kesempatan itu penting....tapi jangan ditunggu-tunggu.
Aku teringat sebuah artikel yang aku pernah baca. Seorang pemain golf yang terkenal ditanya oleh seorang wartawan mana yang lebih penting keberuntungan atau kemampuan. Pemain golf ini menjawab bahwa ia percaya keberuntungan lebih penting tapi setiap kali ia meningkatkan kemampuannya maka keberuntunganknya makin banyak..”
“Setuju..setuju..” Itu yang dapat dikatakan oleh Tika. Pencerahan ini telah mendorong Tika terus berusaha.
Tika dan Suti terus berbagi kata di kolom chatting. Cara Suti bertutur sangat menarik, runtun dengan diksi yang menawan. Pantas jika ia menjadi penulis sekarang, pikir Tika.
“Tika, besok kulanjut lagi ya, suamiku ngajak nonton televisi, banyak kisah yang akan kuceritakan padamu, pokoknya dijamin kau akan suka membacanya. Lagi pula jariku sudah pegel-pegel nih, hehe…”Suti memberi gambar senyum di akhir kalimatnya.
“Setuju..setuju..” Itu yang dapat dikatakan oleh Tika. Pencerahan ini telah mendorong Tika terus berusaha.
Tika dan Suti terus berbagi kata di kolom chatting. Cara Suti bertutur sangat menarik, runtun dengan diksi yang menawan. Pantas jika ia menjadi penulis sekarang, pikir Tika.
“Tika, besok kulanjut lagi ya, suamiku ngajak nonton televisi, banyak kisah yang akan kuceritakan padamu, pokoknya dijamin kau akan suka membacanya. Lagi pula jariku sudah pegel-pegel nih, hehe…”Suti memberi gambar senyum di akhir kalimatnya.
Tika menarik nafas panjang. Malam semakin larut, majikan dan anak-anaknya sudah lama terlelap. Dinginnya malam di Hong Kong semakin menggigit, menelusuri pori-pori. Tika menarik selimutnya, lalu pikirannya berjalan-jalan entah ke mana.
Apakah arti keberadaaku di Hong Kong ini? Aku sudah dua belas tahun di sini. Apakah hari yang kulalui hanya merupakan kumpulan hari, bulan dan tahun yang tak memiliki makna secuil pun? Hhh…aku ingin di usia lanjutku, bisa masuk ke jaman ngga bisa seperti yang disampaikan pelatih dari UCEC, aku ingin memiliki kesempatan belajar sebanyak mungkin di Sekolah Kehidupan UCEC, aku masih ingin berbincang banyak-banyak dengan Suti. Aku harus memperjuangkan semua anak tangga dan upaya-upaya yang sudah kutulis. Aku harus berani, berjuang dan bekerja keras, jika perlu menderita dahulu demi masa depan yang lebih baik.
“Hmm...tapi ngomong-ngomong bagaimana ya Suti bisa bertemu suaminya? Itu pikiran terakhir TIKA sebelum tidur.
“Hmm...tapi ngomong-ngomong bagaimana ya Suti bisa bertemu suaminya? Itu pikiran terakhir TIKA sebelum tidur.
(bersambung)
Novel Sekolah Kehidupan 8 September 2015
17. Menjadi Penjual yang Piawai
Di Minggu kedua itu, Tika mengingat tugas-tugas yang diberikan para pelatih, yaitu latihan tentang berkomunikasi dan berjualan. Ia memtuskan untuk melakukan semuanya dengan sepenuh hati.
Suti saja mau berlatih berbicara, mengapa ia tidak? Berlatih berbicara di depan umum, di depan bangku-bangku kosong, dia mana saja Suti berlatih. Aku harus bisa seperti Suti, pikir Tika.
Aku berjanji akan berbicara minimal dengan satu orang setiap harinya, paling tidak aku dapat mengajak mereka ikut di dalam Sekolah Kehidupan UCEC. Aku harus latihan, menambah teman, melancarkan komunikasi dan sanggup menjual! Janji Tika pada dirinya sendiri.
Menjadi penjual yang piawai memang tidak mudah. Ada yang beruntung bila melakukannya secara alami, ada juga yang harus ditempuh dengan pelatihan berjenjang. Tika melihat Suti sahabatnya itu memperoleh keberhasilan melalui tahapan-tahapan yang berjenjang. Setelah chattingan panjang yang ia dan Suti lakukan melalui e-mail atau Facebook, kali ini Suti menghubunginya melalui skype.
Tika ingin sahabat-sahabatnya yang lain turut mendengar percakapannya dengan Suti, mereka adalah Ati, Bunda dan Cikal. Ketiganya setuju dan meluangkan waktu untuk mendengar pengalaman Suti. Maka suatu hari usai mengikuti pelatihan mereka berkumpul di Victoria Park, bercakap-cakap dengan Suti melalui alat komunikasi canggih itu.
“Halo Tika,” tegur Suti. “Lagi ngapain kamu?”
“Kan kagi dengerin kamu ngomong hehe, di sini juga ada teman-teman yang mau mendengarkan kisahmu, boleh, kan?”tanya Tika.
“Oh boleh saja, kenapa nggak? Semoga apa yang telah kulakukan bisa memberikan manfaat.”Balas Suti.
“Halo Tika,” tegur Suti. “Lagi ngapain kamu?”
“Kan kagi dengerin kamu ngomong hehe, di sini juga ada teman-teman yang mau mendengarkan kisahmu, boleh, kan?”tanya Tika.
“Oh boleh saja, kenapa nggak? Semoga apa yang telah kulakukan bisa memberikan manfaat.”Balas Suti.
Maka Suti pun menuturkan kisahnya.
“Teman-teman, aku menjalani pekerjaan sebagai OG dan juga asisten kecil-kecilan di tempat perusahaan pelatihan Pak Budi selama tiga tahun. Begitu seringnya aku mengikuti kegiatan itu sampai aku hafal betul rumus-rumus ilmu menjual yang diajarkan di sana.
“Teman-teman, aku menjalani pekerjaan sebagai OG dan juga asisten kecil-kecilan di tempat perusahaan pelatihan Pak Budi selama tiga tahun. Begitu seringnya aku mengikuti kegiatan itu sampai aku hafal betul rumus-rumus ilmu menjual yang diajarkan di sana.
RUMUS RUMUS ILMU MENJUAL Contohnya :
* PETASAN atau kepanjangannya Kalimat Pertama Yang Mengesankan, kemudian ada *PIKAT atau Perhatian, Keinginan, Keputusan dan Tindakan, selanjutnya adalah
*PAKEM atau Penggunaan, Keunggulan dan Manfaat di dalam Bahasa Inggris disebut FAB (Feature, Advantage dan Benefit). Karena aku susah menyebutkannya dalam Bahasa Inggris maka aku pakai saja kata PAKEM.
Selanjutnya,UNTUK MENJAGA PELANGGAN aku tetap belajar apa yang disebut
*PESANAN atau Pelayanan di Atas Harapan Pelanggan, artinya sebuah peluang kecil yang memanfaatkan hasil pelatihan menjual sesuatu tiba-tiba terbuka. Dan aku sungguh tak menduga kalau peristiwa itu akan mengubah masa depanku.”
“Maksudnya apa Mbak Suti?”tanya Cikal memotong ucapannya. Rupanya Cikal belum paham apa yang dimaksud Suti.
“Wah, kamu penasaran, kan? Baiklah, sebelum kulanjut, aku mau tanya dulu, apakah di antara kalian ada yang tahu tentang PAKEM atau FAB?
“Wah, kamu penasaran, kan? Baiklah, sebelum kulanjut, aku mau tanya dulu, apakah di antara kalian ada yang tahu tentang PAKEM atau FAB?
Penggunaannya sama dengan fitur,
Advantages adalah keunggulan.
Benefit adalah manfaat
Sekarang aku tanya ke teman-teman mana yang benefit dan mana yang manfaat, kalimatnya seperti ini; sepeda motor ini menggunakan mesin buatan Jepang sehingga dipertanggungjawabkan garansi ketahanannya yang tentunya pada akhirnya akan menghemat uang dan waktu Anda. Nah, mana F-nya, A-nya atau B-nya?”
“Mesin buatan Jepang itu adalah fitur atau penggunaan,” jawab Ati cepat.
“Dapat dipertanggungjawabkan garansi ketahananya, itu adalah andvantage atau keunggulan,” ujar Bunda.
“Kalau aku, karena menghemat uang dan waktu jadi aku pilih benefit atau keuntungan,” timpal Cikal.
“Mesin buatan Jepang itu adalah fitur atau penggunaan,” jawab Ati cepat.
“Dapat dipertanggungjawabkan garansi ketahananya, itu adalah andvantage atau keunggulan,” ujar Bunda.
“Kalau aku, karena menghemat uang dan waktu jadi aku pilih benefit atau keuntungan,” timpal Cikal.
“Bagus. Nah begitulah, dalam menjual memang ada tekniknya. Kalau kita kuasai teknik-teknik tersebut, akan lebih mudah bagi kita untuk menjalankannya, dan pelanggan lebih yakin pada kita. Aku juga mempelajari teknik-teknik itu supaya waktu berbicara kelak tidak hanya menjelaskan daftar fitur, karena pelanggan sudah membeli dan apa yang mereka beli harus bermanfaat untuk mereka.”jelas Suti.
“Setelah 3 tahun berlalu, saat itu 17 agustus, ada sebuah perlombaan penjualan yang diselenggarakan oleh perusahaan. Siapapun bisa mengikuti lomba ini kecuali panitia yang menyelenggarakannya. Ya jelas saja jika panitia sendiri yang mengikuti lomba ini, semua peserta pasti kalah oleh mereka. Tugas mereka hanya berjualan saja. Lomba itu diselenggarakan selama satu bulan dengan hadiah berupa uang bagi yang juara. Bagi diriku, ini merupakan sebuah momen yang tidak boleh disia-siakan, ini adalah momen spesial untuk menunjukkan kepada setiap orang bahwa diriku yang terbaik. Aku memanfaatkan setiap peluang yang ada, baik itu dari waktu luang yang aku gunakan sebaik mungkin, komunitas jaringan yang sudah lama aku berkecimpung di dalamnya, dan setiap pengetahuan elektronik yang aku tahu dalam berjualan. Targetku saat ini adalah menjual sebanyak mungkin, aku harus bisa berjualan dan menjadi pemenang!”
“Setelah 3 tahun berlalu, saat itu 17 agustus, ada sebuah perlombaan penjualan yang diselenggarakan oleh perusahaan. Siapapun bisa mengikuti lomba ini kecuali panitia yang menyelenggarakannya. Ya jelas saja jika panitia sendiri yang mengikuti lomba ini, semua peserta pasti kalah oleh mereka. Tugas mereka hanya berjualan saja. Lomba itu diselenggarakan selama satu bulan dengan hadiah berupa uang bagi yang juara. Bagi diriku, ini merupakan sebuah momen yang tidak boleh disia-siakan, ini adalah momen spesial untuk menunjukkan kepada setiap orang bahwa diriku yang terbaik. Aku memanfaatkan setiap peluang yang ada, baik itu dari waktu luang yang aku gunakan sebaik mungkin, komunitas jaringan yang sudah lama aku berkecimpung di dalamnya, dan setiap pengetahuan elektronik yang aku tahu dalam berjualan. Targetku saat ini adalah menjual sebanyak mungkin, aku harus bisa berjualan dan menjadi pemenang!”
“Lalu apakah kamu memenangkannya?” Tanya Tika.
(bersambung)
Novel Sekolah Kehidupan 9 September 2015
18. Kecakapan Menjual Sebuah Pintu Untuk Masa Depan yang Baru
Tika dengan penuh rasa ingin tahu bertanya apakah Suti berhasil memenangkan lomba penjualan.
“Pasti, ”Respon Suti yakin.
“Kemudian apa lagi?”Ati, Bunda dan Cikal bertanya bersamaan.
“Aku berhasil menjadi juara 1. Aku mendapatkan hadiah uang itu dan mereka mempromosikanku dari OCG ke bagian pelatihan karyawan dan menjadi seorang sales trainer. Aku memperoleh jabatan baru sebagai Sales Associate. Pokoknya ada perubahan besar dalam karirku, aku memakai seragam baru, mempunyai meja kerja sendiri, diberi Hp, laptop dan tentu saja gaji yang baru. Itu semua kuperoleh hanya gara-gara aku pandai menjual.”ujar Suti.
“Pasti, ”Respon Suti yakin.
“Kemudian apa lagi?”Ati, Bunda dan Cikal bertanya bersamaan.
“Aku berhasil menjadi juara 1. Aku mendapatkan hadiah uang itu dan mereka mempromosikanku dari OCG ke bagian pelatihan karyawan dan menjadi seorang sales trainer. Aku memperoleh jabatan baru sebagai Sales Associate. Pokoknya ada perubahan besar dalam karirku, aku memakai seragam baru, mempunyai meja kerja sendiri, diberi Hp, laptop dan tentu saja gaji yang baru. Itu semua kuperoleh hanya gara-gara aku pandai menjual.”ujar Suti.
“Hebat Suti, aku semakin terinspirasi olehmu. Aku menjadi sadar kalau apa yang kau capai merupakan perjuangan secara bertahap, kau selalu berusaha untuk maju. Sungguh aku makin kagum padamu,” ujar Tika tulus.
“Terimakasih Tika. Saranku, kau harus selalu ingat bahwa setiap peluang baru adalah pintu yang lebih lebar untuk kita melakukan sesuatu yang lebih besar lagi. Kemenangan itu bukan akhir dari sebuah perjuangan, namun awal untuk melakukan perubahan yang lebih tinggi lagi. Uang hadiah yang kuperoleh itu dapat kugunakan untuk biaya masuk kuliah S1, aku mengambil jurusan bisnis di sebuah perguruan tinggi yang membuka kelas sore. Tidak mudah bagiku untuk mengatur waktu antara bekerja dan belajar, namun aku harus selalu fokus dan ingat, bahwa untuk mencapai segala yang indah di masa depan harus dibayar dengan keberanian dalam berkorban di masa sekarang.”ucap Suti.
“Terimakasih Tika. Saranku, kau harus selalu ingat bahwa setiap peluang baru adalah pintu yang lebih lebar untuk kita melakukan sesuatu yang lebih besar lagi. Kemenangan itu bukan akhir dari sebuah perjuangan, namun awal untuk melakukan perubahan yang lebih tinggi lagi. Uang hadiah yang kuperoleh itu dapat kugunakan untuk biaya masuk kuliah S1, aku mengambil jurusan bisnis di sebuah perguruan tinggi yang membuka kelas sore. Tidak mudah bagiku untuk mengatur waktu antara bekerja dan belajar, namun aku harus selalu fokus dan ingat, bahwa untuk mencapai segala yang indah di masa depan harus dibayar dengan keberanian dalam berkorban di masa sekarang.”ucap Suti.
Ati, Bunda, Cikal dan Tika mendengarkan semua kisah itu sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Belajar dari pengalaman Suti, niat mereka untuk meningkatkan kualitas diri dan Sumber Daya Manusia yang mereka miliki kian tertanam kuat.
“Kata kuncinya perubahan..” Itu yang disimpulkan Tika.
“Kecakapan menjual memang luar biasa..” Itu yang disimpulkan Ati.
“Selalu ingin maju dan bertindak mengejar kemajuan..” Cikal berkata dalam hati.
“Setiap peluang ada masanya..ketika peluang tiba harus gunakan sebaik mungkin.
“Kata kuncinya perubahan..” Itu yang disimpulkan Tika.
“Kecakapan menjual memang luar biasa..” Itu yang disimpulkan Ati.
“Selalu ingin maju dan bertindak mengejar kemajuan..” Cikal berkata dalam hati.
“Setiap peluang ada masanya..ketika peluang tiba harus gunakan sebaik mungkin.
Kesempatan belajar yang terbuka sekarang harus ku manfaatkan sebaik mungkin..” Bunda menyimpulkan perenungan hatinya.
“Suti, kisahmu sungguh menginspirasi kami. Akhirnya kau bisa kuliah juga, aku ingin belajar dan melaksanakan resep-resep keberhasilanmu dalam menjual. Kebetulan di sini sedang ada tugas menjual di kelas Sekolah Kehidupan UCEC, nanti kami minta saranmu lagi, ya?” pinta Tika.
“Pasti, nanti aku ceritakan,” cepat Suti membalas.
“Suti, ngomong-ngomong berapa lama kamu menjadi tenaga penjual? Sekarang khabarnya kamu sudah direktur?” Bunda ikut bertanya.
“Sabar teman-teman nanti aku ceritakan, kita hentikan dulu ber-skypenta ya, sekarang sudah malam, besok kalian harus kerja kan? Oke, sampai ketemu Minggu depan di jam yang sama ya? Kasihan suamiku, dia minta ditemani ngobrol hehe…selamat malam.”
“Malam juga Suti, salam buat suamimu, sampai jumpa besok…!” ucap keempatnya berbarengan.
“Pasti, nanti aku ceritakan,” cepat Suti membalas.
“Suti, ngomong-ngomong berapa lama kamu menjadi tenaga penjual? Sekarang khabarnya kamu sudah direktur?” Bunda ikut bertanya.
“Sabar teman-teman nanti aku ceritakan, kita hentikan dulu ber-skypenta ya, sekarang sudah malam, besok kalian harus kerja kan? Oke, sampai ketemu Minggu depan di jam yang sama ya? Kasihan suamiku, dia minta ditemani ngobrol hehe…selamat malam.”
“Malam juga Suti, salam buat suamimu, sampai jumpa besok…!” ucap keempatnya berbarengan.
Percakapan yang menyenangkan malam itu, diakhiri dengan minum teh dan makan makanan kecil di kafe yang ada di tengah kota Hong Kong. Malam memang kian larut, keempatnya sudah minta ijin pada majikan masing-masing untuk pulang sedikit terlambat, jadi ketika mereka berjalan ke stasiun bus terdekat, mereka tidak kuatir akan kena damprat dari sang majikan. Setelah saling berjanji di Minggu yang akan datang untuk bertemu kembali, keempatnya pulang ke rumah majikan masing-masing dengan perasaan lega. Lampu-lampu jalanan yang semarak di sudut-sudut kota Hong Kong, menjadi saksi bisu bahwa keempat anak manusia ini tengah merancang kehidupan yang lebih baik lagi untuk masa yang akan datang.
(bersambung)
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar