Rabu, 09 September 2015

CERPEN SEKOLAH KEHIDUPAN ( Bagian 8-10 )


Semangat pagi sahabat ku setanah air, 
Jumpa lagi di blog saya tentang CERPEN SEKOLAH KEHIDUPAN, 
Menanggapi banyaknya keluhan dari teman teman karena terkadang tidak bisa selalu aktif via Online untuk  mengikuti Kelanjutan CERPEN Di Group FB Sekolah Kehidupan yang tertutup oleh banyak nya postingan Tugas dari siswi SK, 
Maka di siini saya Copas dari cerpen pak ANTONIUS Ucec tki. 
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.


Novel Sekolah Kehidupan 30 Agustus 2015
8. Menjadi Pahlawan untuk Diri Sendiri

Menjadi pahlawan untuk orang banyak memang sesuatu yang diimpikan banyak orang, namun perjalanan untuk mencapai hal itu sangat berliku dan terjal. 
*Para BMI adalah salah satu pahlawan bangsa, pemerintah menyebut mereka pahlawan devisa. Mereka berjuang untuk keluarga dan tanah air sehingga banyak yang lupa bahwa mereka juga memiliki hak untuk jadi pahlawan bagi diri mereka sendiri. Agar dapat menjadi pahlawan untuk diri sendiri tentu tidak semudah membalikan telapak tangan, karena hal itu dibutuhkan komitmen yang jelas dalam mencapai apa yang dicita-citakan. 
Itulah yang kini dirasakan Tika, ia berjalan perlahan untuk menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri. 
Melalui diskusi dengan teman-teman baru di Kelas Sekolah Kehidupan UCEC, pada akhirnya ia mulai memikirkan bagaimana mengolah kemampuan yang dimilikinya itu. Ia dan seluruh teman BMI yang awalnya dijuluki sebagai pahlawan devisa, kini tiba saatnya harus memikirkan dan merencanakan untuk diri mereka masing-masing. Ya, memikirkan untuk menjadi pahlawan bagi masa depan mereka.

Tika kembali membuka catatan-catatannya, semua yang didengar dan disimak, tertulis di catatan itu dengan rapi. 
         Pelatih dari UCEC atau tepatnya Universitas Ciputra Entrepreneurship Center memberikan masukan yang sangat berharga baginya. Ada kalimat-kalimat yang ia rasa sangat mengena di hatinya dan itu dituangkan di dalam buku mungil yang selalu dibawanya. Tulisan itu berbunyi demikian; 
  • Kita semua pasti akan menjadi tua, dengan bertambah usia kita akan masuk ke jaman “ngga bisa” dan makin tahun “ngga bisa” nya akan makin bertambah.
  • Mulai dari ngga bisa lihat jauh, ngga bisa lihat dekat, ngga bisa lari cepat, ngga bisa jalan jauh, ngga bisa naik tangga, ngga bisa jalan sendiri…terus makin nambah sehingga akhirnya ngga bisa nafas lagi. 
  • Yuk rencanakan kehidupan jangan jadi orang tua yang miskin, sakit-sakitan dan tak punya teman. 
  • Jangan sampai jika kita sudah tidak bekerja, kita tidak memiliki uang sepeser pun untuk membiayai kehidupan kita.

Tika merenungi semua itu. Ia juga menulis catatan tentang apa yang dikatakan Einstein sebagai orang gila seperti yang disampaikan sang mentor, Tika menyimak bahwa orang gila adalah orang yang melakukan hal yang sama berulang-ulang dengan mengharapkan hasil yang berbeda. Ah, Tika tidak mau seperti orang gila itu, meski Einstein menyebutnya demikian. 
Tika senang mendengar penjelasan yang berbunyi; saya adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap masa depan saya. Saya dapat mengubah masa depan bila saya belajar dengan serius, saya dapat berubah jika saya memang mau melakukan perubahan dan menerapkan ilmu entrepreneurship. 
Dalam catatannya Tika juga menulis bahwa ilmu entrepreneurship adalah mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas atau yang tak berharga diubah menjadi berharga, caranya dengan mengembangkan kreativitas dan inovasi.

Hm…Tika menarik nafas dalam-dalam sambil berkata pada diri sendiri, betapa menariknya materi yang disampaikan ini, aku akan mengikuti kegiatan ini selanjutnya. 
Tika mulai meyakini bahwa cita-cita yang kecil bisa dicicil menjadi sasaran-sasaran yang lebih sederhana apabila dilakukan secara berurutan, dan itu akan menjadi anak tangga menuju sasaran yang jauh lebih tinggi. Menurut sang pelatih, setiap sasaran harus dicapai melalui berbagai upaya, dan bila seseorang hanya berpikir tanpa melakukan tindakan, maka pikirannya akan merambah ke mana-mana. Ia menjadi tidak fokus pada akhirnya membuang waktu yang tersedia.

Sembari memegang catatannya, Tika menatap jauh ke luar dari jendela apartemen majikannya, ia memandang gedung-gedung bertingkat di pusat kota Hong Kong dengan hati gundah. 

  • *Tika ingin membangun impian besarnya dan menjadikan impiannya itu ke sebuah sasaran yang terukur. Selanjutnya 
  • *Tika ingin mengembangkan sasaran-sasaran kecil yang ada di benaknya dengan bergerak dan bertindak. Dan pada akhirnya, sasaran itu akan membawanya ke mimpi yang ia inginkan. 

Sebagai seorang anak petani yang miskin, Tika tidak pernah bermimpi untuk bisa memiliki usaha sendiri, menjadi majikan untuk diri sendiri, dan menjadi pengusaha atau entrepreneur adalah sebuah mimpi yang belum tentu bisa menjadi nyata, ia hanya memiliki ijasah SMP. Apakah itu mungkin?

Tampaknya pertanyaan yang terus berdentam di benaknya sedikit demi sedikit mulai terjawabkan. Tepat pada tanggal 2 Agustus 2015 menjadi momentum baginya untuk meyakinkan diri, “Aku pasti bisa memiliki usaha sendiri, mengapa tidak?” Lalu dengan tekad yang bulat ia menuliskan keinginannya itu di dalam lembar road map miliknya, bahwa lima tahun lagi ia akan kembali ke Yogyakarta, ia akan berkumpul bersama adik dan sepupunya, mereka akan menjadi entrepreneur, membuka warung lesehan, dan hasilnya ia akan mempunyai penghasilan yang sama besarnya seperti saat ia bekerja di Hong Kong. Tika tersenyum sendiri. 

Lalu, apalagi berikutnya? Bagaimana caranya agar sasaran besar ini menjadi sasaran-sasaran yang kecil?  
Tika yang sudah lama meninggalkan bangku sekolah, berusaha keras menganalisa dan berpikir mencari solusi yang tepat dari keinginannya itu. “Ya, semua harus kujalani, kalau tidak sekarang, kapan lagi?” ujarnya menguatkan keinginannya. Itulah semangat yang menggebu dari dalam hatinya, itu pula yang membuatnya terus menulis, membuat catatan tentang masa depan yang akan dijalaninya. Ya, Tika terus menulis di buku catatan hariannya.

Tahun 2020
1. Ada dimana? Di Yogyakarta atau kota sekitar Yogyakarta.
2. Apa yang akan dilakukan? Usaha Warung Lesehan
3. Berapa pendapatannya? Pada tahun ke 2 sudah mencapai laba sebesar gaji yang didapat di Hong Kong
4. Dikenal sebagai siapa? Pembelajar yang pantang menyerah, mantan BMI yang sanggup jadi entrepreneur 
5. Bersama siapa-siapa? Sahabat yang menjadi mitra dan juga keluarga terdekat.

Sebuah kelegaan tersendiri ketika Tika menyelesaikan lembaran ini. “Paling tidak ini sebuah terobosan kecil, sebuah langkah awal untuk masa depan yang besar”. Itu yang dikatakan oleh hatinya. “Aku akan memelihara cita-cita ini terus menerus, aku akan menghafalnya, aku akan mendambakannya dan melakukannya tiap hari..” Itu yang ia janjikan pada dirinya sendiri. 
Dalam perjalanan pulang dari Olympic House para peserta pulang kelompok demi kelompok. Kebanyakan berjalan menuju arah Victoria Park. Tika memandang rekan-rekan belajarnya dan hatinya berkata:”Sudahkah mereka membangun cita-cita? Semoga setiap BMI memanfaatkan masa kerja di luar negeri sebagai masa membangun dan mengerjakan cita-cita masa depan mereka”.
(bersambung)

Novel Sekolah Kehidupan 31 Agustus 2015
9. Anak Tangga Masa Depan

Kini Tika telah membulatkan hati bahwa lima tahun ke depan, ia akan mengelola sebuah warung lesehan di Yogyakarta. 
  • Ia mencatat dengan cermat apa saja yang ia butuhkan untuk bisa sukses di dalam mengelola warung lesehannya itu. 
  • Ia memikirkan sasaran-sasaran yang lebih kecil yang harus ia capai. Di dalam buku catatannya ia menulis : untuk memiliki warung lesehan harus ada lokasi yang tepat, yaitu lokasi yang banyak dilewati orang atau dekat dengan tempat keramaian, jadi sasaran pertama adalah lokasi.  Kedua, untuk menjadi sukses harus paham dan mengerti dunia bisnis. Harus belajar dari orang-orang yang sudah sukses dalam menjalankan bisnis. 
  • Di sini Tika mencatat bahwa ia harus ikut dalam kelas pembelajaran entrepreneurship baik yang tatap muka atau yang online hingga tuntas.  
Sebab selain unsur bisnis secara umum, ia juga harus paham bagaimana mengelola warung lesehan dengan baik, ia perlu mempelajari tentang jam operasional, cara mengatur menu, cara melayani pelanggan, di mana saja bahan baku di beli, bagaimana mengelola karyawan, bagaimana berpromosi, apa saja kebiasaan pelanggan di Yogyakarta, dan lain sebagainya. Tika harus mengerti betul apa itu bisnis kuliner, ia harus belajar pada orang yang sudah mengerjakan bisnis itu selama bertahun-tahun.

Kemudian pikiran Tika melayang jauh, memperkirakan warung lesehan seperti apa yang diinginkannya kelak. Semakin ia berpikir, beragam pertanyaan kian berkecamuk di benaknya, sekejap Tika bingung. 
Ia bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia harus memiliki sebuah rancangan warung lesehan yang menarik, indah, asri serta murah? Jika memang diperlukan, lalu siapa yang akan merancang ini semua? Dan berapa modal yang harus ia keluarkan? “Tentunya modal itu tidak sedikit,” ujarnya kemudian. 

Dalam perencanaannya, Tika memperkirakan secara kasar apa yang ia harus miliki. 


*Pertama ia musti mempunyai dana sebesar dua ratus juta rupiah, dana tersebut akan digunakan untuk bangunan, peralatan serta modal kerja, tapi itu belum termasuk harga tanahnya. Untuk dana sebesar 200 juta, Tika bisa mengambil dari tabungannya, namun buat membeli lahan, ia tidak memiliki dana lagi. Jadi kesimpulannya, ia harus menabung selama lima tahun lagi dan ia juga harus bisa memiliki mitra usaha yang dapat menyediakan tanah. Tika mencatat semua itu di buku catatan hariannya dengan teliti. 
*Kini sasaran berikutnya adalah mana yang harus didahulukan dan mana yang harus berada di urutan paling belakang. Sebelum memasuki lembar keempat catatannya, ia kembali mereka-reka bagian-bagian penting dari usaha yang akan ia lakukan itu.
Seiring berjalannya waktu, pemahaman Tika tentang entrepreneurship kian bertambah. 
Setelah paham tentang jurus-jurus membuka usaha, Tika tinggal menyusun segalanya dengan lebih serius, ia harus menyusun waktu yang tepat untuk bertemu dengan teman-temannya dan bercerita tentang rencananya itu. 
Melalui catatan pribadinya, Tika kemudian membuat urutan mana yang paling penting, penting dan kurang penting, dengan begitu ia dapat membuat skala prioritas ketika menyusun semua rencananya. 
Kini, buat Tika, membangun diri menjadi seorang entrepreneur adalah sebuah peristiwa besar dalam hidupnya. Ia harus membuat keputusan sebaik mungkin agar tidak jatuh bangkrut. Untuk itu ia membutuhkan informasi-informasi penting supaya dapat mengambil keputusan yang tepat.
Tika menyadari dirinya bukan berasal dari keluarga berada dan ia juga masih miskin pengetahuan tentang bisnis, jadi untuk mendapatkan ilmu sebanyak sasaran itu adalah, 
  • Ia harus mendisiplinkan diri dengan menabung, ya itulah jalan terbaik yang harus dilakukannya. Jadi, setelah mendisiplinkan diri dengan menabung, 
  • Tika akan mengambil keputusan-keputusan yang beresiko untuk menjalankan bisnis warung lesehannya. 
  • Ia akan memanfaatkan nasehat dan masukan dari orang-orang yang ahli. 
  • Nah agar waktu tidak berlalu begitu saja, ia akan membuat target dalam membangun kemahirannya dengan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan keputusan-keputusan yang akan diambilnya. Tika kini penuh semangat! 

  • Melalui semangat yang muncul tiba-tiba, tak ada lagi kegamangan yang mengendap di hati. 
  • Keteguhan pendirian perlahan-lahan kian membatu dan menguat menjadi semangat yang maha dahsyat, Tika tak mau berjalan mundur lagi. 
  • Baginya kini cukup sudah menjadi pekerja yang berada di bawah perintah orang lain. 
  • Lima tahun ke depan, ia akan menjadi bos untuk dirinya sendiri, ia akan menjadi bos bagi karyawan-karyawannya. 
  • Tika kemudian mengambil langkah dengan mengikuti pelatihan Sekolah Kehidupan UCEC, ia hendak fokus dan memahami bisnis, kemudian berinovasi lebih dalam lagi, baginya ini adalah sasaran pertama yang bisa segera ia lakukan. Kemudian, setelah sasaran pertama, Tika memutuskan untuk fokus di bisnis kuliner, dalam bisnis ini ada dua cara, pertama belajar dari buku, lalu pengamatan dan penuturan teman yang sudah malang-melintang praktek di lapangan. Nah, untuk praktek di lapangan, bisa ia lakukan sekarang ini, saat ia masih bekerja di Hong Kong.

Dan sembari melakukan sasaran pertama, Tika memutuskan untuk menyisihkan gajinya sebesar 2,5 juta perbulan. Tujuannya agar dalam waktu 5 tahun atau 60 bulan berikutnya, ia telah memiliki tabungan sebesar 150 juta dan bila ditambah dengan bunga tabungan, jumlahnya dapat menjadi 200 juta. Ini adalah sasaran yang ketiga. Lalu sasaran keempat adalah, magang di warung lesehan di Yogyakarta dan sekitarnya. Ssaaran ke 5 ia harus dapat mengungkapkan impiannya dalam gambar dan rencana bisnis yang cukup rinci. Tidak boleh hanya disimpan di kepala tapi harus tergambar dan tertulis rinci supaya jelas apa yang akan dicapai. Sasaran berikutnya atau nomor enam adalah mencari mitra, ia sadar bahwa harga sewa tanah itu mahal, ia perlu mitra apakah pemilik modal ataupun pemilik tanah kosong…nah berikutnya atau yang ke 7 adalah buka usaha warung lesehan. Dengan cara ini Tika tahu kapan ia harus pulang kampung dan apa yang harus ia lakukan setelah selesai masa kontrak kerjanya di Hong Kong. Yang penting semuanya harus dijalani dengan penuh semangat, pokoknya tak apa lambat asal selamat.
Sasaran 1; Kuasai entrepreneurship. 
Mengusai ilmu entrepreneurship segenap P3K (Pola Pikir, Perilaku, Pengetahuan dan Ketrampilan) seorang entrepreneur sukses.

Sasaran 2: Kuasai ilmu bisnis kuliner 
Memiliki kesanggupan membuka dan membesarkan bisnis kuliner. Harus paham segala pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan itu.

Sasaran 3: Dapat memiliki modal Rp 200 juta. 
5 tahun lagi harus memiliki sejumlah Rp 200 juta yang bisa digunakan untuk memulai usaha. Apakah itu untuk biaya hidup, untuk modal ataupun untuk biaya-biaya lain yang berkaitan dengan usaha Warung Lesehan.

Sasaran 4: Dapat kerja magang di resto kiliner. 
Tika ingin mengusai “ilmu lapangan” dalam membuka usaha warung atau resto. Ia merasa harus tahu lebih banyak tentang perilaku pelanggan yang sesungguhnya.

Sasaran 5: Gambar dan rencana bisnis untuk Warung Lesehan 
Tika tidak mau ada yang terlupa dan terlewatkan oleh karena itu ia ingin membuat rencana yang lengkap dan rinci.

Sasaran 6: Dapatkan mitra 
Tika merasa risikonya terlalu besar kalau seluruhnya dipikul oleh dia sehingga ia memutuskan untuk mendapatkan mitra usaha.

Sasaran 7: Buka usaha 
Usaha Warung Lesehan dibuka lewat persiapan yang matang.

Tika merenungkan apa yang telah diperolehnya di hari Minggu 2 Agustus 2015 itu, gumamnya, “Hmm……… baru aku mengerti sekarang arti sesungguhnya tentang kehidupan ini, hidup harus naik ke atas, bukan dibiarkan seperti air yang mengalir. Dengan membuat sasaran-sasaran dalam kehidupanku, tanpa sadar aku sedang berjalan ke atas,” Apa yang dimaksud dengan Semangat Masuk Akal atau SMA, kini ia pahami bukan sekedar semangat suam-suam kuku saja, namun itu adalah bentuk semangat yang harus masuk akal, harus ada cara untuk meraih impian, asal tekun pasti impian itu akan tercapai.
(bersambung)

Novel Sekolah Kehidupan 1 September 2015
10.  Sasaran & Upaya

Selanjutnya Tika mengisi lembar kedua yang diberikan trainer dari UCEC, di dalam lembaran itu Tika melihat Kolom yang bertuliskan Upaya, isinya tentang upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang dituju. Di situ tertulis juga ada sasaran, ada upaya. Semua yang tercatat di lembaran itu sesuai benar dengan keinginannya. Tika merasa inilah jalan ke luar yang sebenar-benarnya. 


Gadis itu kemudian memperhatikan lembaran yang ada di tangannya dengan lebih serius, ada 7 sasaran yang tertulis di lembaran. 
  • Ia menengok lebih dulu dari yang paling bawah atau Sasaran no 7, isinya tentang membuka usaha bisnis warung lesehan, inilah cita-citaku, inilah harapanku. Paling sedikit ada 3 upaya yang ia harus lakukan pertama mencari lokasi, kedua memastikan siapa-siapa pelanggannya dan produk yang mereka inginkan dan ketiga membangun tim.

  • Ia kemudian melihat Sasaran no 6, yaitu mendapatkan mitra untuk membangun usaha bisnis bersama. “Ya aku butuh suntikan dana, rekan berpikir dan juga rekan bekerja” demikian hati Tika berkata. Mulai sekarang aku harus memperluas pergaulan untuk bisa berkenalan dengan mereka yang berada di bisnis kuliner. “Siapa tahu mereka itu kelak jadi mitra atau anggota tim”. Tika sekarang melihat makin jelas manfaat punya banyak kawan. 

  • Sasaran ke 5 adalah mendapatkan gambar dan rencana bisnis, Tika berpikir untuk mencari kawan-kawan masa SMP yang sekarang bekerja di biro teknik, ia juga akan berupaya mencari gambar-gambar warung lesehan dari Internet. Juga terpikir oleh Tika untuk berdiskusi dengan seorang temannya yang sekarang lulus sekolah bisnis. “Untuk rencana bisnis aku butuh nasehat yang lebih ahli nih…” Tika berkata pada diri sendiri. 

  • Pada sasaran ke 4 tertulis ia harus bekerja magang, Tika berpikir setidaknya ada 3 upaya yang harus ia lakukan: mencari nama-nama resto sukses di Yogyakarta untuk magang atau kerja penuh waktu, mengumpulkan informasi tentang bisnis mereka termasuk siapa nama dari pemiliknya. 

  • Lalu masuk ke Sasaran ke 3, Tika harus menabung hingga mencapai 200 juta rupiah, itu bisa dilakukannya selama lima tahun ke depan. Ia dapat membuka tabungan di Bank Mandiri atau mengikuti Program Mandiri Tabungan Rencana. Ia akan mendisiplin keluarganya untuk tidak berhutang kepada dirinya. 

  • Dan untuk Saran nomor 2 atau mengusai ilmu bisnis kuliner maka Tika harus memanfaatkan waktu luang di Hong Kong sebaik mungkin. Ia harus belajar masak dari majikan, dari teman dan juga dari kursus. Ia akan mengumpulkan resep dari Internet ataupun dari buku-buku. Tika membaca semua itu dengan seksama. Lalu pikirannya melanglangbuana ke lima tahun ke depan. Ia mulai membayangkan apa yang akan terjadi nanti jika ia kembali ke Tanah Air.      Hm… kalau mau sukses, aku juga harus sebanyak mungkin tahu tentang bisnis kuliner, aku musti banyak membaca dan membeli buku-buku tentang kuliner. Mulai sekarang aku akan mencari teman-teman yang melakukan bisnis kuliner di Hong Kong.

  • Sasaran yang pertama atau no 1 adalah mengusai ilmu yang paling mendasar yaitu ilmu entrepreneurship itu sendiri. Tika lalu semakin menggebu untuk menyelesaikan kelas-kelas pembelajaran Sekolah Kehidupan UCEC, ia juga ingin mengikuti kelas pembelajaran online di UCEO (Universitas Ciputra Entrepreneurship Online – www.ciputrauceo.com). Jika perlu ia akan mengajukan cuti pada majikannya agar bisa belajar, ia membuat catatan yang rinci dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sang pelatih. Setiap ada kesempatan ia memantau kegiatan kelas di Facebook Group. Hhhh…benar-benar hidupku kini lebih berguna, katanya dalam hati. 

Itulah manfaat yang didapatkan Tika selama mengikuti beragam pelatihan yang tertera di amplop putih pemberian Tie. 
Ia bersyukur, gadis bermata indah itu telah menggiringnya untuk melakukan beberapa perubahan yang sebelumnya sama sekali tidak terpikirkan olehnya. Ternyata, tidak sulit untuk menuliskan upaya-upaya dari sasaran yang sudah ada. Terlebih lagi bila disertai semangat untuk meraih cita-cita.
Tika semakin mantap untuk meneruskan niatnya. 
Ia teringat akan pelajaran yang diterimanya, di dalam road map tersebut terdapat upaya dan rencana pribadi yang berbeda-beda bagi setiap orang, namun semua itu bisa diubah kapan saja asalkan tetap naik ke atas menuju sasaran besar seperti yang diimpikan. Tika mengingat semua pesan trainernya bahwa ia harus fokus pada sasaran-sasaran tersebut, yang penting setiap hari harus bergerak mengejar impian karena menurut penjelasan sang motivator, ilmu entrepreneur adalah ilmu kehidupan, untuk membuat kehidupan kita menjadi lebih baik harus dilakukan dengan berinovasi.
Tika kemudian menutup buku catatan hariannya. Hatinya lega, semangat hidupnya kian bernyala-nyala. Ingin rasanya Minggu kedua datang segera, dalam tidurnya ia berharap mimpi-mimpi datang menyapanya dan mengajaknya terbang ke awan-gemawan, menjelajah masa depan yang gemilang selalu menjadi teman di setiap langkah kehidupannya. Tika tidak lagi muram dan menyesali kalau ia hanya lulusan SMP, ia yakin suatu saat bisa lebih hebat dari apa yang telah ia capai kini. 
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar