Selasa, 15 September 2015

CERPEN SEKOLAH KEHIDUPAN ( Bagian 19 - 24/ TAMAT )

Semangat pagi sahabat ku setanah air, 
Jumpa lagi di blog saya tentang CERPEN SEKOLAH KEHIDUPAN, 
Menanggapi banyaknya keluhan dari teman teman karena terkadang tidak bisa selalu aktif via Online untuk  mengikuti Kelanjutan CERPEN Di Group FB Sekolah Kehidupan yang tertutup oleh banyak nya postingan Tugas dari siswi SK, 
Maka di siini saya Copas dari cerpen pak ANTONIUS Ucec tki. 
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.



Novel Sekolah Kehidupan 10 September 2015
19. Grup Kuliner Nusantara
Seminggu kemudian, Tika, Bunda, Cikal dan Ati sepakat untuk mendirikan grup yang mereka beri nama Kuliner Nusantara. Minat mereka yang besar pada bisnis kuliner membuat mereka mulai merancang apa saja yang harus mereka lakukan agar usaha mereka itu kelak berjalan lancar. Tentu sasaran pertama yang menjadi sumber pertanyaan adalah Suti. Mereka ingin bersungguh-sungguh belajar darinya. Lalu setelah menemukan hari yang tepat untuk ber-skype lagi, mereka tampak lebih siap dengan membawa notes kecil serta pulpen untuk mencatat apa saja masukan yang diberikan Suti, tokoh yang telah menjadi pujaan mereka itu.
“Teman-teman, sesuai dengan permintaan kalian, sekarang aku akan menjelaskan salah satu rumus untuk menjadi penjual yang sukses. 
Aku menamakan rumus ini 3 S yang artinya Sebelum, Selama dan Sesudah. 
  • Sebelum berjualan, pahami dulu karakter pelanggan yang akan kalian tuju. Setelah itu, coba kalian pikirkan, apa yang menjadi alasan para pelanggan hingga mereka merasa perlu untuk membeli produk kalian. Produk yang kita buat harus menjadi solusi bagi pelanggan. Jadi, sebagai penjual, kita perlu mengingatkan pada pelanggan bahwa kita memiliki sesuatu yang bermanfaat dan jelas untuk memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Dengan menggunakan rumus FAB (Feature, Advantage dan Benefit) atau PAKEM kita bisa merencanakan dengan baik waktu untuk berpikir sebelum berjualan, jadi tidak asal main tabrak saja,” jelas Suti. 

  • Selama menjual, apa yang harus kita ingat?” tanya Tika. “Tiap penjual mungkin memiliki ilmu sendiri-sendiri. Kalau aku, sering kugunakan apa yang disebut ilmu PETASAN dan ilmu PIKAT. Yang dimaksud dengan ilmu Petasan merupakan perencanaan dengan tepat kalimat pertama yang hendak kita sampaikan ketika kita pertamakali bertemu dengan pelanggan. 
  • Tujuannya agar pelanggan dengan senang hati mau mendengarkan dan bahkan tertarik untuk mendengarkan penjelasan kita selanjutnya. 
  • Yang di maksud dengan  Pikat itu tentang Perhatian, Keinginan, Keputusan dan Tindakan. Jadi setelah menarik Perhatian, kita harus mampu membangun keinginan membeli si konsumen, setelah itu kita mengajak pembeli untuk mengambil keputusan dan melakukan aksi beli terhadap produk yang kita jual. So, pesan utamanya adalah, pelanggan perlu kita tuntun dari satu proses ke proses berikutnya sampai akhirnya dia mengambil uang dari dompetnya, hehe. Kalau pelanggan sudah memberikan perhatian, bangun rasa ingin mendapatkan produknya. Itu lho, FAB (Feature, Advantage, Benefit) -nya harus digunakan, dorong pelanggan untuk mengambil keputusan dan bagian akhirnya, dorong pelanggan untuk untuk membeli…”

“Oh begitu, ternyata menjual itu ada ilmunya ya. Aku pikir tinggal cuap-cuap pakai ilmu bujuk saja dan pelanggan bisa ditaklukkan haha…” Cikal yang tadinya lebih banyak diam, kini mulai terlihat bersemangat. 
“Iya dong Cikal. Ilmu menjual yang benar akan mengajarkan kita bahwa selama berbisnis kita tidak membual atau omong besar saja. Penjual yang hebat akan membawa produk yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, mereka itu jujur, semua dilakukan karena mereka ingin memiliki relasi jangka panjang dengan pelanggan,” ucap Suti lagi.
Bunda tiba-tiba menyela:”Hmm..aku jadi ingat dengan Dr.Dino Patti Djalal, itu lho yang pernah jadi juru bicara Presiden SBY, duta besar kita di Amerika Serikat dan Wakil Menlu RI, beliau ini kalau berkomunikasi hebat sekali. Wawasannya luas, tutur katanya meyakinkan dan penyampaiannya menarik lho, aku nonton berkali-kali di TV dan Youtube. Aku ingin belajar jadi pembicara ulung seperti beliau...”
“Aku juga mau, aku mau, aku mau...” Semuan anggota kelompok belajar dengan cepat memberikan respon yang sama. 
“Lalu apa yang harus dilakukan sesudah transaksi berlangsung? Masak sih, sehabis transaksi pelanggan masih kita urusi? Penjualan kan sudah selesai, barang telah ia dapat dan uang sudah kita terima?”Tika bertanya, ia terlihat masih sangat penasaran.

(bersambung)




Novel Sekolah Kehidupan 11 September 2015
20. Apa yang Dilakukan Setelah Transaksi
“Hmm…inilah yang membedakan penjual yang biasa-biasa saja, dengan penjual yang sukses dan hebat. Tika, karena mereka hebat, mereka menggunakan rumus PESANAN atau Pelayanan Di atas Harapan Pelanggan. Mereka berusaha agar pelanggan betul-betul puas sehingga pelanggan selalu mengingat si penjual, dan jika suatu saat ia mebutuhkan barang tersebut, ia pasti mencari lagi si penjual berkaitan produk yang diinginkannya itu.”
“Wow, makin asyik nih. Contohnya seperti apa Suti?” tanya Ati penuh semangat.
“Contohnya:

  • Aku selalu mengingat nama pelanggan dan memanggil nama mereka dengan akrab. 
  • Di setiap perayaan keagamaan, aku selalu mengucapkan selamat paling dulu, 
  • Kemudian aku berusaha untuk tahu tanggal ulang tahun pelanggan dan memberi ucapan selamat kepada yang berulangtahun. 
  • Aku meanggap pelanggan adalah yang utama dan aku memikirkan kejutan-kejutan apa yang harus kuberikan ke mereka. 
  • Memberi Kejutan  seperti mengirimkan kartu ulang tahun pada anak, ayah, ibu bahkan pada kakek dan nenek mereka. 
  • Pernah ada pelanggan yang kaget menerima ucapan selamat dariku. Mereka merasa terharu sekali. Mereka tak menyangka aku ingat akan ulangtahun anak mereka. Aku juga pernah mengirimkan kue kesukaan mereka saat ada pelanggan yang ulangtahun. 
Begitulah, berbagai hal harus aku pikirkan, dengan menggunakan kreativitas akau dapat menjadikan sesuatu yang kecil menjadi amat bernilai di mata mereka. Nama grup kalian Kuliner Nusantara bagus, teruslah berinovasi menemukan ide-ide kreatif agar jika kembali ke Indonesia, kalian menjadi pengusaha kuliner yang sukses,” ujar Suti.
“Wah, kamu hebat Suti,” puji Bunda. “Pasti kamu naik pangkat lagi,” lanjutnya dengan nada kagum.
“Hehe terimakasih Bunda, memang betul, dalam dua tahun aku bisa menjadi penjual terbaik dan di tahun ketiga aku menjadi Senior Sales Associate, tahun itu pula aku memperoleh jatah kendaraan roda empat dari perusahaan. Namun di tahun kelima aku keluar dari perusahaan itu. Beberapa bulan setelah lulus kuliah S1 tepatnya.”
“Lho, kok ke luar? Apa yang terjadi?” serempak Tika, Ati, Cikal dan Bunda buka suara.
Diam sejenak, suasana tempak hening. Lalu tak lama kemudian suara di skype terdengar lagi. “Hmm… tampaknya aku mulai letih dan kalian harus kembali ke rumah majikan kalian, Minggu depan kita lanjut lagi? Aku akan menuturkan kisah-kisah yang lebih spektakuler lagi, selamat malam…” Suti menghentikan pembicaraannya.

Tika, Cikal, Ati dan Bunda membenahi peralatan belajar mereka. Ya kembali malam merambat diam-diam, menciptakan nyanyi sunyi yang menyertai detak-detak jantung keempat BMI ini. 
Harapan dan gemuruh untuk segera berpacu dengan waktu membumbung di jantung mereka, dentuman itu kemudian menggiring langkah mereka ke luar dari ruang pelatihan, keempatnya kemudian memilih tranportasi umum dengan jurusan yang berbeda, kembali untuk melanjutkan hari-hari yang mengucurkan keringat serta harapan.
(bersambung)


Novel Sekolah Kehidupan 12 September 2015
21. Suti Menjadi Direktur Perusahaan
Hong Kong terlihat cerah di pagi hari. Di sudut taman yang penuh pepohan dan beragam bunga yang tertata rapi, Tika duduk sejenak. Ia membuka catatannya dan membaca satu-persatu torehan yang ditulisnya selama mengikuti pelatihan. 
Tepat pukul 22.00 waktu Hong Kong, ia dan grup belajar Kuliner Nusantara, usai mengikuti pelatihan akan berkumpul di tempat yang sama untuk mendengarkan skype dari Suti. Ia, Ati, Bunda dan Cikal, semakin penasaran menunggu kisah-kisah yang akan dituturkan perempuan hebat itu. Laptop yang baru dibeli Tika ada di dalam tas, diam membisu menunggu sang majikan menghidupkannya. Usai pelatihan, empat perempuan ini langsung mengerumuni laptop Tika. Tak lama, suara merdu Suti terdengar dari seberang. 
“Hai semua, apa khabar? Kalian baru selesai ikut pelatihan ya? Bagaimana pekerjaan kalian selama seminggu ini? Apakah majikan kalian masih bersikap seperti biasa? Tidak marah-marah lagi kan mereka haha…” tawa Suti terdengar. 
Tika dan teman-temannya ikut tertawa. “Semua aman terkendali Mbak Suti,” jawab Cikal dengan suara merdunya.

“Oke, mari kita lanjutkan kisahku, setelah lima tahun bergabung sebagai tenaga penjual dan berhasil naik pangkat menjadi Senior Sales Associate dan aku menyelesaikan studi bisnis manajemenku, Pak Budi pensiun. Sosok yang memiliki jiwa entrepreneur itu bukan tipe yang suka berdiam diri. Ia telah mempersiapkan diri untuk mendirikan sebuah badan usaha yang bergerak di bidang pelatihan penjualan dan bisnis. Nama perusahaannya PT. Bina Cemerlang Pemasaran (PT. BCP). Nah, setelah perusahaan itu jadi, beliau mengajakku bergabung di perusahaannya.”
“Kau terima tawaran itu?” kejar Tika. 
“Kau kan sudah mapan di perusahaan yang lama?” ujar Bunda, Cikal dan Ati berbarengan.
“Benar apa yang kalian ucapkan. Namun di sinilah hebatnya Pak Budi, dia menawarkan aku sesuatu yang tak bisa kutolak, meski gaji yang diberikan lebih kecil, aku merasa tawarannya itu sangat berguna buatku.”
“Apa yang ditawarkannya?”potong Ati.

“Pak Budi memberikan aku jabatan direktur, itu jabatan yang sangat prestise bagiku. Di kartu namaku tertulis nama Suti Sumarni Direktur Pemasaran dan Senior Coach, keren, kan? Aku memilih menjadi kapten di kapal kecil dari pada menjadi kelasi di kapal besar,”ucap Suti.
“Wow! Kau benar Suti, keputusanmu tepat!” Puji keempatnya berbarengan.
“Hmm..tampaknya Pintu rejeki lebih terbuka kepada siapa-siapa yang rajin membangun diri ya..” Tika langsung menambah.
“Mereka yang terus mempersiapkan diri, mempertebal kesiapan dan kemampuan akan mampu melihat kesempatan...” Itu komentar Bunda.
“Otak yang terlatih..mampu berpikir cerdas dan mengambil keputusan cerdas.” Cikal tak mau ketinggalan berpendapat.
“Kata direktur terlalu tinggi untuk kita semua, memimpikannya pun tak berani...namun untuk Suti yang terus belajar, berubah dan berinisiatif... sabar menempuh waktu sambil terus bertekun..akhirnya yang tampak mustahil terjadi juga” Ati berbagi kesimpulan setelah berpikir lebih panjang.

“Makasih..makasih....perenungan kalian menyanjung aku.. Aku bersyukur kepada Yang Maha Kuasa” Kalimat Suti terdengar lembut dari kejauhan. Percakapan berlangsung makin seru karena seakan ada semangat dan harapan yang mengalir dan menjadi ruh perbincangan mereka. Tak selalu chatting dan ngobrol itu membuang waktu, ketika belajar menjadi pokok bicara maka obrolan santaipun jadi kesempatan bertumbuh. Di ujung perbincangan tiba-tiba Tika bertanya sebuah pertanyaan yang seakan keluar dari topik.

“Lalu bagaimana kehidupan pribadimu, maaf nih pertanyaan kita agak menyimpang. Kau bilang sudah menikah, di mana kau bertemu dengan suamimu dan apa profesinya, suamimu sarjana juga, kan?” 
(bersambung)



Novel Sekolah Kehidupan 13 September 2015
22. Suti bertemu Jodoh
“Haha…ceritanya begini, suatu kali aku membaca sebuah kalimat bijaksana yang berbunyi demikian; don,t wait for someone to bring you flowers but plant your own garden and decorate your own soul artinya jangan tunggu sampai seseorang datang membawakan bunga untukmu, tapi ciptakan taman bungamu sendiri dan perindah jiwamu. 
Menurutku, jangan menunggu jodoh datang tapi tingkatkan kemampuanmu sendiri dengan karakter dan kecakapan-kecakapan yang positif sehingga hanya orang yang bodoh yang tidak mau menikah denganmu. Itulah prinsipku. Aku berusaha membangun diri menjadi manusia yang makin bernilai dan ketika nilai itu semakin tinggi ternyata pria-pria makin melirikku lho...”
“Oh begitu, wah keren sekali spirit yang timbul dari kata-kata itu,” ujar Ati.

“Begitulah Ati, suatu hari ketika aku sedang mengajar, aku melihat seorang pemuda memandang aku seolah-olah tanpa berkedip. Aku tahu pandangan itu bukan pandangan ‘jorok’ yang melecehkan, tapi ia memandangku dengan rasa kagum dan respek yang terlihat dari sorot matanya. Ia juga tidak memandangku sebagai OG. Ketika aku terjun ke penjualan dan teman-temanku semakin banyak, Mas Subur, nama pria menarik itu, mulai mendekatiku.
 Pertamakali bertemu ia bilang, ia mengagumi caraku mengajar, rupanya ia salah satu peserta yang ikut dalam pelatihan itu. Nah gayung pun bersambut, Mas Subur ternyata sosok yang selama ini kucari, ia rendah hati, sabar dan sangat mengayomi. Singkat cerita kami pun menikah. Subur dan Suti, dua nama yang berhurup awal S akhirnya mengikat janji untuk sehidup semati hehehe…” Suti tertawa.
“Wah, kisahmu sungguh luar biasa Suti. Semua yang jalani bagai skenario Sang Kuasa yang penuh dengan lika-liku dan perjuangan. Tuhan menyayangimu. Aku tidak sepertimu, hidupku mendatar terus, tak ada gejolak-gejolak yang signifikan dalam hidupku,” suara Tika terdengar serak.


“Semua orang punya jalan hidup yang berbeda Tika, tapi aku yakin masa depanmu akan secerah sinar mentari pagi. Kamu masih muda dan belum terlambat untuk memperoleh apa yang kamu cita-citakan. Begitu juga yang lainnya. Kalian punya hak dan kemampuan untuk memperjuangkan masa depan yang indah yang kalian idam-idamkan.” Suti memberi semangat.
“Oh, Bunda mau bertanya, bagaimana sampai Suti bisa menulis buku?”
“Iya, Suti, aku agak heran dan bertanya dalam hati, darimana kau memperoleh keahlian menulis?”

“Oh itu, begini ceritanya, waktu aku mengikuti kelas malam kuliah S1, ada teman sekelas yang juga berprofesi sebagai wartawan. Kami pernah mengerjakan tugas proyek bersama-sama. Mulanya dia tidak terlalu serius bercakap-cakap denganku. Tapi ketika aku mengundangnya untuk hadir di acara selamatan pembukaan PT. Bina Cemerlang Pemasaran, dia kaget saat tahu aku direktur di situ. Setelah mendengar kisahku, dia menganggap aku pantas dibuat tulisan profil untuk korannya. Kalian tahu, gara-gara tulisan itu PT. BCP jadi terkenal, tulisan tersebut menjadi iklan gratis bagi perusahaan. Bahkan sampai ada pembaca yang ingin bertemu denganku. Dari situlah, kisah tentangku kemudian dijadikan buku,”kata Suti.
“Jadi yang menulis kisah itu si wartawan atau dirimu?” tanya Tika ingin tahu.

“Hm…ini pertanyaan bagus. Semula teman reporter itu yang mengajukan diri untuk menulis kisahku. Tapi aku minta agar kita menulis bersama. Aku juga minta padanya untuk mengajariku menulis dengan Tata Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Dia setuju, nah dari situ aku jadi mendapat ilmu baru lagi, kan? Haha,” tawa Suti.
“Wah asyiknya, kau memang hebat Suti, selalu haus akan ilmu dan penuh semangat untuk berubah.” Ujar keempat anggota Grup Kuliner Nusantara.
“Itulah manfaatnya kalau kita punya banyak ide dan teman, para sahabatku. Untuk menjadi seorang entrepreneur harus kreatif.” Timpal Suti.


“Ajari kami belajar tentang kreativitas dong, Suti!” pinta keempatnya penuh semangat. 
“Kalian tak perlu belajar dariku. Coba lihat jadwal kalian, sepertinya di kelas entrepreneurship, kalian bakal dapat pelajaran tentang kreativitas dan inovasi deh, itu yang pernah kualami. Ayo, jangan patah semangat, kalian datanglah ke Sekolah Kehidupan UCEC, jangan absen ya, sampai ketemu…”Suti mengakhiri percakapan melalui skype. Malam itu mereka mengakhiri perbincangan dengan semangat baru. Kisah Suti sangat sangat menginspirasi mereka.

“Kebiasaan-kebiasaan Suti yang sesungguhnya sederhana ternyata bila dilakukan terus menerus dapat mengubah masa depan, ia punya kebiasaan berinisiatif, bertindak pro-aktif dan suka belajar...”Itulah apa yang dikatakan Tika kepada sahabat-sahabatnya sebagai sebuah kesimpulan.

Ke empat sahabat ini sangat terinspirasi dan termotivasi, mereka memutuskan untuk mengejar impian dan membangun anak tangga hingga naik ke atas, mereka berupaya sebisa mungkin sambil berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk bimbingan dan pertolonganNya. Keempatnya kembali ke rumah majikan masing-masing dengan membawa mimpi yang mereka yakini akan menjadi nyata.
(bersambung)



Novel Sekolah Kehidupan 14 September 2015
23. Refleksi Diri Tika
Sejak pertemuannya dengan Suti, niat Tika untuk merubah nasib kian membumbung. Ditambah mengikuti pelatihan Sekolah Kehidupan UCEC ia semakin sadar bahwa hidupnya harus bergerak, ia tidak boleh membiarkan hidup yang dijalaninya bagai mengikuti arus air yang mengalir. Mimpi memiliki masa depan yang indah kini selalu menghantuinya. Sebuah puisi yang di posting di FB Sekolah Kehidupan seakan sebuah tepukan keras di pundak yang mengingatkan Tika tentang pentingnya bertindak untuk masa depannya di masa sekarang. Julu puisi tsb adalah Merajut Masa Depan.
Merajut Kehidupan
Setiap hari mari rajut hidupmu untuk membangun kesanggupan
Setiap helai dari benang-benang kesanggupan sangat bernilai
Jangan biarkan sehelai pun terjatuh dan terlupakan
Itulah helai-helai yang akan membuat hidupmu sanggup memilih
Setiap pagi Pencipta Kehidupan membuka pintu kesanggupan
Untuk kita bersama merajut kesanggupan-kesanggupan baru.
Jangan takut melakukan yang sulit untuk rajutan yang baru
Jangan gentar menantang rasa malu untuk rajutan kehidupan
Jangan takluk oleh oleh kemalasan demi keindahan rajutan hidupmu
Berjerihlah setiap hari, merajut dan merajut dan merajut
Sampai dapat kau persembahkan rajutan terindah dari hidupmu
Kepada anak-anakmu....
Kepada kekasih jiwamu..
Kepada ayah, kepada bunda, kepada kakak, adik dan juga keponakanmu
Itulah rajutanmu, sosok baru nan terampil untuk orang-orang tercinta di tanah air
Teruslah bergerak kemuka para pembelajar Sekolah Kehidupan
12 September 2015 – AT
Tika Tidak  mau hanya sekedar terinspirasi, ia ingin pembelajaran Sekolah Kehidupan melekat kuat dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk menuliskannya 
dan inilah 5 pembelajaran penting untuk ia pegang dan ia jalankan demi masa depannya. Kelima pembelajaran itu adalah :
  • Pertama, memulai segala sesuatunya dengan IMPIAN masa depan, artinya bangun impian berdasarkas hasrat yang besar yang berada di dalam hati kita. Tentukan target sampai kapan akan bekerja sebagai buruh migran. Di sini Suti dapat dijadikan contoh di mana ia terus memelihara keinginan di hatinya untuk menjadi seorang sarjana dan juga sosok yang sukses. 

  • Kedua susun ANAK TANGGA menuju impian tsb.   Kita bisa membuat 3 atau 5 atau 7 anak tangga yang pentingnya ada sebuah ujung yang menyentuh cita-cita. Setiap tempat yang tinggi yang tak dapat kita jangkau, memerlukan tangga untuk mencapainya. Jadi kita tidak boleh takut pada cita-cita yang tinggi selama kita bisa membuat anak tangga tersebut, dengan begitu impian pasti akan tercapai. Setiap anak tangga tersebut harus memiliki target waktu tersendiri, harus bisa berdisplin untuk naik dari satu anak tangga ke anak tangga yang lain. Suti sesungguhnya menciptakan anak tangga tsb walau mungkin secara tidak sengaja, ia memulainya sebagai pembantu rumah tangga, lalu lulus SMA melalui program paket C, menjadi OG, kemudian menjadi petugas pelatihan, beralih lagi ke tenaga penjual sambil kuliah S1 setelah itu berhasil meraih prestasi sebagai senior sales associate dan sekarang telah menjadi dirketur. Itulah gambaran di mana Suti sanggup membangun anak tangga itu. Semuanya dapat berjalan dengan lancar karena ia memiliki semangat untuk maju yang sangat berkobar-kobar. 

  • Pembelajaran yang ketiga, setiap ANAK TANGGA dapat kita lampaui dengan UPAYA-UPAYA, jadi kita harus memiliki beragam upaya untuk bisa naik dari satu anak tangga ke anak tangga yang lain. Di dalam kehidupan Suti, tampak jelas kalau ia melakukan beragam tindakan pro-aktif dalam hidupnya. Pertama ia membantu Diana dalam memecahkan beragam persoalan yang dihadapinya di sekolah. Kedua ia belajar dari kertas foto copy di tempat pelatihan tatkala ia menjadi OG, ia berlatih menjual saat kelas kosong, ia berusaha menjadi juara dalam lomba menjual, ia berusaha menjadi penjual berprestasi di kantornya. Suti membayar keberhasilannya dengan tindakan tindakan proa-aktif disertai jerih payah dan perjuangan. 

  • Pembelajaran keempat, bersemangatlah naik ke tempat yang lebih tinggi karena disana kita dapat temui hal-hal yang tidak dapat kita lihat di anak tangga sebelumnya. Suti tak akan bisa kuliah S1 kalau tidak ada ijasah SMA, ia tidak mungkin bisa menjadi juara menjual kalau tidak berlatih sebelumnya. Ia tidak mungkin bisa menjadi isteri Subur jika dirinya tidak berani berdiri di depan umum dan melatih orang lain. Jadi anak tangga yang lebih tinggi membuka peluang baru yang lebih menjanjikan. 

  • Yang kelima, walau yang terakhir namun tetap sama penting. Ini adalah tentang kecakapan komunikasi dan menjual. Keduanya memang sangat ampuh karena orang-orang sukses punya kecakapan komunikasi yang baik dan dapat menyampaikan sesuatu dengan menarik, sehingga pelanggan menyambutnya dengan penuh antusias. Jika ingin menjadi piawai, kecakapan-kecakapan ini harus dipraktekkan bukan hanya diingat.

Berkaca dari Suti, Tika dan para sahabatnya merasa optimis bahwa pada akhirnya yang akan membawa seseorang ke masa depan yang lebih baik adalah dirinya sendiri. Mereka sepakat untuk tidak membuang-buang waktu dengan menyesali keputusan masa lalu, menyalahkan orang lain atau mengingat-ingat hal yang pernah melukai hati mereka. “Ah…kita dulu sering membuang waktu memikirkan yang sia-sia..” Tika berkata.
“Dan buang waktu melakukan hal-hal yang tak penting” Ati menyambut.
“Hari Minggu terlalu berharga ya kalau hanya dipakai bercanda dan gosip…”Cikal juga berpendapat.
“Ini momen baru untuk kita semua..yuk saling berjanji untuk mengubah diri untuk mengubah masa depan..” Bunda juga menyimpulkan sambil memeluk ke tiga sahabatnya untuk memberi semangat.
(bersambung)


Novel Sekolah Kehidupan 15 September 2015
24. Catatan di Dinding Hati
Kisah Suti telah usai, ada ragam kesan juga ragam pesan. Ke empat sahabat bertekad tak mau sekedar terinspirasi, harus ada aksi nyata, harus ada perubahan dan tindakan yang jelas supaya tiap hari anak-anak tangga menuju masa depan yang lebih baik dapat tercipta.
“Aku tidak mau jadi orang yang berkeliling seminar motivasi dan inspirasi namun tidak ada perubahan nyata, aku bosan hanya menanti-nanti nasib baik..”Bunda memulai percakapan.
“Harus ada sesuatu yang kita lakukan seusai Sekolah Kehidupan dan kisah Suti kita dengar, aku ngga mau jadi juara
OMDO atau Omong Doang atau itu tuh yang kata orang NATO atau No Action Talk Only...”Cikal juga menambah.
“Hmm..apa ya selanjutannya?” Ati juga jadi bertanya.
“Aku ada ide.... bagaimana kalau kita inbox pelalatih kita di UCEC barangkali ada saran..” Tika tiba-tiba menyela dengan gagasan cemerlang.
Tak lama kemudian ia meraih laptopnya membuka FB UCEC Sekolah Kehidupan dan mengirimkan pesan. Tak lama kemudian muncul sebuah pesan di layar posting UCEC Sekolah Kehidupan, kalimatnya adalah sbb:
Ubahlah Inspirasi & Motivasi menjadi KEBIASAAN-KEBIASAAN BARU. Pelihara dan pupuk KEBIASAAN-KEBIASAAN Baru sehingga berubah wujud jadi KARAKTER, KETRAMPILAN & KEAHLIAAN Baru yang akan mengubah Masa Depan.”
“Oh..jadi kata kuncinya kita harus memiliki KEBIASAAN-KEBIASAAN yang baru karena melalui KEBIASAAN-KEBIASAAN yang baru itu secara perlahan namun pasti kita sedang berjalan ke depan menuju tujuan yang baru..” Bunda yang paling senior tampaknya paham apa arti kalimat yang di posting UCEC itu.
“Ya..ya sangat masuk akal..sangat masuk akal...seusai pelatihan kita harus bisa mencipta kebiasaan-kebiasaan baru untuk hidup kita..” Cikal segera menimpali.
“Aku usul mari kita membuat janji untuk diri sendiri untuk membuat kebiasaan-kebiasaan baru dalam hidup kita, inspirasi dan motivasi harus kita ubah jadi kebiasaan-kebiasaan baru..” Dengan cerdas Ati memberikan usulan.
“Hmm...bagus..bagus itu Ati. Aku usul kita masing-masing membuat kebiasaan baru harian, mingguan dan juga bulanan. Kita saling mendeklarasikan kebiasaan-kebiasaan baru itu dan kita saling memberi semangat untuk setia melakukannya...” Tika dengan kreatif menyimpulkan.
“Setuju...setuju..setuju” serempak yang lain memberi respon. Tak lama kemudian keempat sahabat mulai asyik berpikir dan menulis. Masing-masing diatas selembar kertas menuliskan disiplin-disiplin baru yang akan mereka lakukan. Inilah yang dituliskan oleh masing-masing.
Tika 
• Disiplin Harian: Membuka lebih dulu FB group pembelajaran dan memberikan waktu utama setiap hari untuk belajar.
• Disiplin Mingguan: Belajar bersama dan tiap minggu akan mencari satu resep baru untuk persiapan buka Resto. 
• Disiplin Bulanan: Setiap bulan akan tilpun keponakan dan berdiskusi tentang buka usaha di Yogyakarta dan setiap bulan akan mencoba makanan Jawa yang enak yang dibuat oleh kawan-kawan di HK.
Bunda
• Disiplin Harian: Tiap hari buka FB group belajar lebih dulu dan tiap hari akan menulis ide untuk bisnis yg akan datang di sebuah buku khusus.
• Disiplin Mingguan: Belajar kelompok dan menargetkan mendapatkan satu teman baru setiap minggu khususnya yang dari Semarang dan sekitarnya.
• Disiplin Bulanan: Setiap bulan akan membuat tugas ATM untuk majikan. Akan membuat kejutan setiap bulan kepada majikan. Setiap bulan akan membaca sedikitnya satu artikel tentang bisnis katering.
Ati
• Disiplin Harian: Baca dan komentar positif di FB pembelajaran untuk melatih komunikasi dan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
• Disiplin Mingguan: Belajar kelompok dan ikut bantu teman jualan tiap hari Minggu untuk melatih komunikasi.
• Disiplin Bulanan: Baca buku tentangbisnis kuliner satu buku satu bulan dan setiap bulan belajar satu resep dari teman-teman di HK yang jago masak.
Cikal
• Disiplin Harian: Baca FB pembelajaran sebagai bacaan pertama tiap pagi. Setiap hari latihan memberikan usul di FB tsb.
• Disiplin Mingguan: Belajar bersama dan tiap minggu tilpun kakak atau adik atau sepupu atau keponakan atau teman-teman di kampung untuk mengikuti berita sambil mencari peluang. 
• Disiplin Bulanan: Membuat menu baru untuk majikan yang “aku banget” sehingga majikan mempromosikan pada keluarga besarnya dan teman-temannya. Memasok makanan kepada teman-teman yang merayakan ulang tahun.
“Wah..mantap ya..kalau ini semua bisa kita lakukan dengan setia tiap hari..” Tika langsung mengambil kesimpulan setelah 4 sahabat ini saling berbagi komitmen.
“Aku akan pasang ini di dinding kamar..aku harus hafal..aku harus kerjakan. Tolong tegur aku ya kalau mulai malas..” Bunda menyimpulkan tekadnya sembari memohon dukungan dari sahabat-sahabatnya.
“Ya aku jug akan pasang di kamar..aku mau foto pakai kamera dan aku simpan di kamera ku supaya aku ingat terus..” Cikal juga menyampaikan komitmennya.
“Ini harus kita pahat di hati kita dengan pahatan yang paling tajam...tidak boleh terhapus oleh serangan waktu..tidak boleh hilang oleh kesibukan kerja sehari..hari..” Ati kemudian menunjukkan tekadnya untuk melaksanakan disiplin-disiplin yang akan ia lakukan.
Malam yang beranjak datang menjemput juga hiruk pikuk Victoria Park tampak tak sedikitpun mengganggu perbincangan seru diantara 4 sahabat ini. Mereka saling berbagi komiten disiplin harian, mingguan dan bulanan masing-masing. Mereka saling berjanji untuk saling memberi semangat.
“Disiplin harian...akan membuat aku setiap hari melakukan apa yang penting yaitu masa depan yang baru..” Itu kata Bunda.
“Disiplin mingguan akan memastikan aku dapat memanfaatkan hari libur yang sangat berharga untuk belajar, berubah dan membangun diri...” Itu kata Cikal.
“Disiplin bulanan akan membuat kita semua jadi seorang yang pembaharu, kita sekarang masih jadi pekerja rumah tangga, tangan kita masih melakukan itu, badan kita masih berada di rumah majikan tapi pikiran kita, jiwa kita adalah jiwa entrepreneur yang selalu menciptakan kebaruan dan perbedaan...” Bunda dengan bersemangat menyampaikan pendapatnya.
“Ya sekarang aku makin paham...bahwa
CIRI PENTING ORANG SUKSES adalah mereka sanggup berdisiplin, melakukan hal-hal yang berbeda dan unggul. Ketika yang lain bermain mereka belajar, ketika yang lain membuang uang mereka mencari uang, ketika yang lain menyia-nyiakan waktu mereka memanfaatkan waktu. Perubahan akan kita mulai dari diri kita sendiri, sekarang dan bukan nanti..” Tika tiba tiba berdiri sambil mengepalkan tangan.
Serentak ke 3 sahabat yang lain juga berdiri mereka mengangkat tangan keatas, wajah menengadah ke langit memandang ke atas dan mencari wajah Sang Pencipta Alam Semesta, mereka tenggelam dalam doa dan harapan sambil berpelukan, berpegang erat satu sama lain. Ada air mata yang mengembang dan menetes, jiwa bergejolak, hati bergemuruh, jantung berdetak lebih keras.. ya 4 sahabat ini baru saja melihat cahaya di ujung jalan dan mereka tak mau kehilangan cahaya itu lagi. Sekarang 4 sahabat ini berjanji saling melebur diri, saling melecut diri untuk menggapai yang baru yang terlalu indah bila itu diabaikan, masa depan yang baru.
(Sekolah Kehidupan Bagian I SELESAI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar