Rabu, 09 September 2015

CERPEN SEKOLAH KEHIDUPAN ( Bagian 11-14 )

Semangat pagi sahabat ku setanah air, 
Jumpa lagi di blog saya tentang CERPEN SEKOLAH KEHIDUPAN, 
Menanggapi banyaknya keluhan dari teman teman karena terkadang tidak bisa selalu aktif via Online untuk  mengikuti Kelanjutan CERPEN Di Group FB Sekolah Kehidupan yang tertutup oleh banyak nya postingan Tugas dari siswi SK, 
Maka di siini saya Copas dari cerpen pak ANTONIUS Ucec tki. 
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Ucec TkiUCEC SEKOLAH KEHIDUPAN

Novel Sekolah Kehidupan 2 September 2015
11. Laptop Impian

Hari Sabtu majikan Tika libur, itu berarti kesibukan tambahan akan terjadi. Tika memiliki timbunan pekerjaan mulai dari pagi hingga malam. Usai bekerja, ia berencana untuk membeli laptop, ia lalu minta masukan dari majikannya. Tika beruntung dapat berkomunikasi dengan baik dengan sang majikan. 
Bila ada laptop, ia merasa yakin jendela dunia terbuka lebar baginya. Wawasannya akan bertambah, dan ia akan mencari apa saja yang berkaitan dengan bisnisnya di sana.
Bagi Tika HIDUP adalah sekumpulan keputusan,
 HIDUPKU  HARI INI adalah hasil keputusan di masa lalu dan 
HIDUPKU YANG AKAN DATANG merupakan hasil keputusan di masa kini. 
Informasi-informasi yang banyak dan tepat, akan menolongku membuat keputusan yang tepat karena di zaman informasi seperti ini, aku tidak mau menjadi seseorang yang ketinggalan informasi. Mewujudkan membeli laptop, adalah mimpinya sejak lama. 
Melalui sebuah laptop sederhana Tika telah membuka kehidupannya pada cakrawala yang lebih luas ia dapat berselancar menjelajah pengetahuan dan pembelajaran yang ada di jagat maya. Ia mengatakan:”Aku sekarang punya sahabat serba tahu namanya mas Google dan guru yang bisa ku temui setiap saat namanya mba Youtube…”. Memang laptop dan internet memberikan kita sebuah peluang luar biasa untuk belajar dan bertumbuh atau membuang waktu dengan percuma. Pilihan ada di tangan kita.
Di waktu senggang yang sedikit ia miliki itu, Tika mencoba mengingat-ingat kembali pelajaran yang terima Minggu lalu. Ia melihat sebuah gambar yang diperlihatkan pembinanya saat berada di UCEC, di mana ia pernah mengikuti kelas pelatihan tanggal 2 Agustus 2015 yang lalu. 
Tulisan itu memperlihatkan kalau di dalamnya ada berbagai upaya yang dilakukan seseorang yang ingin maju untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. 
Apa pun yang bisa dilakukan untuk maju, itu akan dilakukannya. Misalnya untuk mencapai tingkat pertama, itu bagai menaiki bangku demi bangku sehingga bisa berada di anak tangga berikutnya. Dengan demikian, bangku menjadi sarana untuk mencapai titian berikutnya.
 Untuk mencapai anak tangga berikutnya mungkin cara berbeda yang harus digunakan. Orang yang bersemangat dan sangat termotivasi akan selalu mencari akal baru bila ada halangan di depan. Mereka tak gampang menyerah…kata pak Ciputra “jatuh 10 kali akan bangkit 11 kali”. Tika membaca semua penjelasan yang dicatatnya. 
Betul juga, katanya dalam hati. Sekarang mumpung ada ada pelatihan-pelatihan entrepreneurship,
*Aku harus memanfaatkan ini untuk belajar dan mencari teman sebanyak mungkin. 
*Aku tidak mau hanya datang di kelas untuk duduk, diam dan menyimak semuanya tanpa berbuat sesuatu. 
*Aku harus mencari kenalan baru sebanyak mungkin, aku harus aktif, aku harus berani maju ke depan, itulah bangku-bangku yang ada di depan mata. Tika lalu bertekad esok hari akan datang kembali ke tempat pelatihan.

Di Minggu kedua, Tika baru saja menyelesaikan kelas Sekolah Kehidupan UCEC. Pelajaran yang ia terima bertutur tentang Komunikasi dan Kecakapan Menjual. Beberapa teman yang ia temui berkomentar tentang pelatihan hari itu, ada yang gemetar tatkala harus berpresentasi ke depan, ada pula yang merasa payah berbicara di depan umum.
“Apalagi kalau harus jualan, wah pasti sulit,” ucap peserta yang ada di samping kiri Tika.
“Berjualan hanya untuk orang yang memiliki bakat,” sahut peserta yang berada di sisi kanannya.
Tika mencerna semuanya dengan serius. Ketika ia berhadapan dengan laptop barunya, ia menuliskan apa yang didengarnya tatkala mengikuti pelatihan tadi. 
Curahan para peserta menjadi bahan pembelajaran pribadi yang ia pakai untuk mengevaluasi diri, apakah semua yang dilakukannya sudah benar.
Selain bermain dengan kata-kata di laptopnya, Tika juga membuat account Facebook, dan alamat email. Ia juga mempelajari cara bercakap-cakap melalui Skype atau Google Hangout. Tika lalu berselancar mencari teman-teman lamanya di account Facebook. Salah satu nama yang tak pernah lupa dari ingatannya adalah Suti Sumarni. Dan jantung Tika agak berdegup tatkala ia membaca status Suti. 
“Hah? Suti menjadi pengarang buku? Apa tak salah? Suti Sumarni yang kukenal hanya lulusan SMP, bagaimana mungkin dia bisa menjadi pengarang buku?” ujar Tika sendirian dengan penasaran. Apa yang terjadi dengan Suti selama tahun-tahun tak pernah bertemu? Apa saja yang telah terjadi dalam hidupnya sehingga ia bisa menjadi sosok yang berbeda penuh dengan hal-hal baru yang positif?
(bersambung)


Novel Sekolah Kehidupan 3 September 2015
12. Bertemu Suti di Dunia Maya

Rasa penasaran Tika membuatnya kian menggebu untuk menyelusuri profil Suti di Fb. Ia sangat penasaran. Ketika ia tahu lebih dalam, Suti ternyata tidak hanya menjadi sarjana, tapi ia juga direktur dari sebuah perusahaan training yang cukup terkenal dan memiliki reputasi yang bagus, dan Suti juga menikah dengan seorang sarjana. Hati Tika gundah. “Tidak mungkin, ini bisa saja akun palsu, ada orang yang membajak nama Suti Sumarni. Suti temanku itu hanya berpendidikan SMP. Ya tidak mungkin!” desis Tika dengan dada berdebur. 

Dan kenyataannya memang di luar dugaan, Suti merespon pertemanan Tika dan menuturkan seluruh perjalanan hidupnya hingga ia bisa seperti yang tertera di Fb. “Apa khabar Tika?” sapanya.
“Suti, kau hebat sekarang.” Balas Tika. “Bagaimana caranya kau bisa seperti sekarang, dulu kan kau sebangku denganku ketika di SMP?”

“Aku menempuh jalan panjang dan berliku Tika. Kalau kututurkan di sini bisa jadi satu novel sahabat. Yang penting kau jangan putus asa. Aku berhasil melukis dan mengelola kehidupan untuk terus membangun impian dan memperbaiki kehidupan. Kalau kau mau mendengar kisahku, besok kita ketemuan lagi, ya?”
“Tentu bisa, kebetulan besok aku libur.” Tika memberi tanda senyum di kalimat terakhir chattingan-nya. Hm aku pasti akan dapat ilmu baru lagi, pikirnya. Komunikasi dengan Suti mengingatkan Tika pada pelajaran di Sekolah Kehidupan tentang 3 E masa depan seorang BMI. 
  1. E yang pertama adalah Education (pendidikan) ini menggambarkan bahwa BMI dapat menabung kemudian melanjutkan kuliah baik melalui  pembelajaran  jarak  jauh atau kuliah lagi di Indonesia seusai kontrak. 
  2. E yang kedua atau Employablity, ini adalah mempersiapkan diri untuk masuk ke lapangan kerja formal di Indonesia. Selama kerja di Hong Kong digunakan untuk mempersiapkan diri misalnya dengan belajar bahasa asing maupun mempelajari keahliaan tertentu yang kelak akan berguna dalam mencari kerja. 
  3. E yang terakhir adalah Entrepreneurship atau menjadi seorang pencipta kerja. 
Tika sekarang paham untuk jadi pencipta kerja modal niat, nekad dan nabung tak akan cukup, ia harus belajar, berlatih dan berencana secara cermat.
Pikiran Tika seakan dibawa terbang kembali ke kampung halaman, ke masa kecil dan masa remaja ketika ia mengenal Suti. 
“Anak ( SUTI ) ini memang haus kemajuan, ia rajin belajar sejak kecil, datang paling pagi, tidak pernah lalai mengerjakan PR, berani duduk di depan dan bertanya … sayang bukan anak orang berpunya. Seharusnya perguruan tinggi terkemuka pun dapat ia tembus....tapi dasar orang yang memiliki keinginan kuat. Ia pasti selalu mencari jalan ... apa saja ya yang dilakukan?

” Pikiran-pikiran seperti ini terus mengganggu Tika sekaligus membuat harapan akan masa depan semakin membesar. “Kalau orang lain bisa aku juga seharusnya bisa, aku kenal Suti, sangat baik bahkan. Tidak banyak beda diantara kita, sama-sama dari kampung, sama-sama belajar di bangku yang sama, sama-sama tidak dapat melanjutkan sekolah dan sama-sama harus bekerja di rumah tangga menjadi pembantu, bahkan dia kerja rumah tangga di Indonesia. Hmmm...koq bisa ya, aku harus menggali pengalaman Suti sebanyak mungkin?” Tika seakan tidak sabar untuk mendengar pengalaman Suti membangun masa depan. 
(bersambung)

Novel Sekolah Kehidupan 4 September 2015
13. E-mail dari Suti: Suti bertindak Pro-Aktif

Janji untuk ketemuan yang dimaknai Tika bertemu secara fisik, tidak terlaksana. Tentu saja mereka tidak bisa bertemu, Suti ada di Indonesia, sedang Tika Di Hong Kong. Suti mengirim kisahnya ke e-mail Tika. Gadis itu baru tahu jika Suti tidak di Hong Kong lagi. Tika merasa pilihannya untuk membeli laptop tidak salah. Dengan benda canggih itu ia bisa menemui teman-temannya di mana dan kapan saja. Tika segera membuka E-mail yang dikirimkan Suti padanya.
Tutur Suti, Dear Tika, sesudah lulus SMP aku sama seperti gadis remaja di kampung kita, aku merantau ke Surabaya untuk menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT). Sedangkan kau ke Hong Kong. Aku bekerja di keluarga Pak Budi, mereka memiliki seorang anak perempuan semata wayang yang diberi nama Diana, ia berusia 9 tahun dan sudah duduk di kelas 3 SD. 
Pak Budi bekerja di sebuah perusahaan distribusi barang elektronik dan jabatannya saat itu adalah sales manager atau manajer penjualan. Kamu tahu Tika, Pak Budi kerap menceritakan hasil pekerjaannya di rumah pada isterinya, dan aku tak sengaja sering mendengar mereka bercakap-cakap. Tiga bulan pertama aku masuk kerja, melalui percakapan yang kudengar
Pak Budi bilang bahwa bisnis memang harus dimulai dengan perjuangan dan kegigihan. 
Aku juga melihat isterinya kerap uring-uringan melihat puterinya yang selalu menemui kesulitan dalam belajar, nilai ulangan hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dan Diana, setiap kali hendak mengikuti ulangan di sekolah selalu gelisah dan stres. Aku terkejut, ternyata anak SD bisa juga stres dengan pelajaran di sekolahnya hehe…, melihat situasi yang menimpa Diana, aku kemudian menawarkan diri pada ibunya untuk membantu mengajar anak itu setiap sore. Nah itulah mula pertama peristiwa aku menjadi dekat dengan keluarga Pak Budi.
Selama 3 tahun aku membantu Diana dalam memecahkan soal-soal berat yang ia peroleh dari sekolahnya. Aku tahu Diana tidak bodoh, hanya perlu kesabaran dalam membimbingnya. 
Setiap awal tahun, aku ikut memeriksa dan membaca buku-buku pelajarannya, otomatis aku ikut belajar agar bisa menjelaskan padanya dengan seteliti mungkin. 
Setelah 3 bulan aku mengajarnya, gajiku dinaikkan. Dan ketika Diana lulus SD lalu masuk ke SMP, aku minta ijin ke Pak Budi untuk masuk SMA melalui kejar paket C, alasannya supaya aku bisa mengajari Diana ketika ia menemui kesulitan belajar di SMP nanti. Kau tahu apa jawaban mereka? 
Pak Budi dan isterinya setuju! Mereka sangat mendukung dan juga Diana. Ia sangat nyaman belajar bersamaku. 
Diana seolah memperoleh seorang kakak yang selalu menemaninya di mana pun ia berada. Sebagai anak tunggal ia butuh teman untuk mencurahkan isi hatinya, kedua orangtuanya jarang di rumah, dan mereka takut bila Diana tak ada yang menemani, khususnya dalam belajar. Aku dan Diana kemudian bagai kakak dan adik yang tak terpisahkan, di mana ada Diana, di sana pasti ada aku".
Cerita Suti mengingatkan Tika pada sebuah artikel di Internet yang bercerita tentang apa bedanya jadi pekerja yang pasif, aktif dan pro-aktif. 
1)  Pegawai yang pasif   baru bergerak kalau didorong, diingatkan atau setelah ditegur dan dimarahi. bergerak lamban, malas dan takut bekerja keras. Pegawai seperti ini sukanya menghindar pekerjaan
2)  Pegawai yang aktif, ia senang bekerja, bersemangat namun sayangnya lebih banyak bekerja dengan otot dan bukan otak. Ia pegawai yang baik dan pekerja keras tapi sedikit sekali usulan atau gagasan perbaikan muncul dari dalam dirinya. 
3)  Pro-aktif, pegawai seperti ini bekerja dengan otak, otot dan omong. Ia bekerja sambil berpikir, bergerak tanpa menunggu perintah bila itu dipandang baik untuk majikannya karena ia selalu berpikir bagaimana caranya membuat majikan atau pelanggannya merasa puas. Pegawai seperti ini berani bekerja keras, rajin berpikir keras dan cerdas dalam menyampaikan usulan secara menarik dan meyakinkan.

“Hmm...ini rupanya salah satu kunci kesuksesan Suti, ia seorang yang pro-aktif, bukan sekedar aktif dan pasti bukan orang yang pasif... Kalau Suti tidak melakukan inisiatif membantu Diana belajar dan mengusulkan ikut Kejar Paket C mana mungkin dia bisa punya kesempatan-kesempatan baru. Kalau dia hanya pasif dan aktif...ah rasanya Suti akan tetap melakukan pekerjaan yang sama seperti semula ia bekerja” 
Demikian kesimpulan Tika, ia juga sekarang paham kenapa pelatih UCEC menantang para pembelajar Sekolah Kehidupan untuk melakukan lomba ATM (Amati, Tiru & Modifikasi), rupanya dibalik lomba itu para pelatih sedang mendidik peserta pelatihan Sekolah Kehidupan UCEC untuk sanggup bertindak pro-aktif.
(bersambung.

Novel Sekolah Kehidupan 5 September 2015
14. Suti Merintis Masa Depan Baru

Tika membaca kisah Suti dengan antusias. Ia merasa ada yang mirip dengan pelajaran Minggu pertama yang diikutinya. 
Pelatih dari UCEC menjelaskan bahwa ada 3 jenis karyawan, yaitu pasif, aktif, dan pro-aktif. Pro-aktif artinya menjemput bola, tidak menunggu perintah, kalau ada masalah yang bisa diselesaikan, berani menawarkan diri untuk bekerja secara ekstra, hmmm rupanya Suti sosok yang pro-aktif, ia memang gadis yang suka menolong, tidak hitung-hitungan. Seingat Tika, Suti akan senang bila dapat membantu orang lain.
Tika kemudian melanjutkan membaca kisah SUTI selanjutnya, melalui laptopnya. 
"Dan Suti menulis bahwa setelah 2 tahun mengikuti program Kejar Paket C ia bisa memperoleh ijasah SMA. “Tika, seiring berjalannya waktu, Diana makin dewasa, keluarga Pak Budi menyatakan rasa terimakasihnya karena aku telah membimbing puterinya hingga ia bisa belajar dengan mandiri. 
Majikanku juga memperoleh kenaikan pangkat menjadi General Manager dari training centre di tempatnya bekerja. Pengalaman Pak Budi dalam bidang penjualan sangat banyak sehingga saat itu ia mendapat tugas untuk membangun pelatihan bagi tenaga penjualan yang masih muda-muda. 
Nah di posisi baru itu ada lowongan pekerjaan sebagai office girl (OG) , keluarga pak Budi menawarkanku untuk menjadi OG membantu Pak Budi di kantornya. Syaratnya, aku harus mendapatkan pengganti untuk bekerja di rumahnya. Rupanya apa yang aku lakukan untuk Diana, menemani dan membantu dia belajar membuat keluarga pak Budi juga ingin membantu aku. Aku gembira Tika, segera kucari orang yang dapat menggantikan tugas-tugasku di rumah majikanku. 
Kau tahu, tugasku sebagai OG adalah mempersiapkan ruang pelatihan dan membereskan ruangan usai pelatihan dilakukan. Selain itu aku harus mempersiapkan makanan dan minuman untuk para peserta. Tugas memfotocopy bahan-bahan pelatihan juga kulakukan. Aku senang sekali melakukan tugas-tugas itu.
Setiap aku membereskan ruang pelatihan, aku sering membaca dan merenungkan apa saja yang ditulis di papan white board, aku sangat ingin ikut belajar di dalam kelas. Aku juga sering membaca bahan pelatihan yang kofotocopi Tika. Pokoknya pekerjaanku sangat menyenangkan karena aku dapat bekerja dan belajar.
“Suatu ketika, Pak Budi memergoki aku sedang membaca materi pelatihan yang sedang kufotocopy, ya aku tertangkap basah. Aku kaget dan sangat cemas. 
Dalam benakku, Pak Budi pasti menganggap aku tak sopan dan lancang. Sungguh aku gemetar tatkala ia menatapku dengan tajam. 
Kemudian ia memanggilku untuk menghadap di ruang kerjanya. Dengan suara terbata-bata karena hampir menangis, kujelaskan semuanya bahwa aku tidak sedang mencuri data atau yang lainnya, tapi aku haus akan ilmu. 
Aku ingin belajar dari bahan-bahan yang diajarkan itu. 
Ternyata apa yang disampaikan Pak Budi sangat di luar dugaanku, ia tidak marah sama sekali. 
Pak Budi mempersilahkan aku untuk ikut bergabung di kelas yang diajarnya, cuma syaratnya tugasku sebagai OG harus tetap kujalankan. 
Aku tentu tak perlu menunggu lama lagi, segera kuanggukkan kepalaku dan siap melaksanakan perintahnya. Aku sangat berterimakasih sekali Tika sudah diperbolehkan ikut belajar di kelasnya. 
Belajar..belajar itu sangat berharga..aku tahu melalui belajar aku akan dapat mengubah masa depanku. Oh, majikanku yang baik hati, jasanya tak pernah bisa kulupakan seumur hidupku.”
Tika terenyuh mendengar cerita Suti, ia meneropong dan merenungkan masa lalunya sebelum mengenal Sekolah Kehidupan. 
“Aku lebih banyak mengeluh dan menyerah, aku membuang-buang waktu dengan cara menyesali masa lalu dan menyalahkan orang lain, aku lupa belajar dan lupa berbuat baik. Setiap kebaikan suatu kali kelak akan mendatangkan kebaikan juga bukan, siapa memberi akan menerima. Aku harus berubah dan belajar dari Suti...” Demikian renungan dari Tika sementara malam turun makin larut namun Tika tak merasa mengantuk sedikitpun.
(bersambung)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar